TEMPO Interaktif, Bandung - Direktur Observatorium Bosscha Hakim L Malasan mengaku kecewa karena gerhana matahari di Bandung gagal ditayangkan langsung ke penjuru dunia melalui internet sore tadi. "Server internet di ITB ternyata tidak kuat," katanya, Jumat (15/1).
Menurut dia, Observatorium Bosscha hanya mendapat sisa sinyal karena frekuensi internet sudah banyak dipakai warung internet di sekitar Bosscha. Server ITB sendiri berada di Jalan Taman Sari yang jaraknya mencapai belasan kilometer. Dia berharap pemerintah membuat regulasi frekuensi sehingga kanal untuk lembaga riset bisa dibedakan dengan kepentingan komersil.
Rencananya, Bosscha akan menayangkan hasil pemantauan gerhana matahari parsial di Bandung lewat situs internetnya. Teleskop surya sendiri yang baru diresmikan November tahun lalu bekerja dengan baik. Akibat kegagalan itu, tayangan gerhana hanya bisa dilakukan secara intranet.
Dari pantauan Tempo, tayangan gerhana itu dipasang di layar monitor layar datar berukuran cukup besar di gedung teleskop surya. Selain di layar, gerhana juga bisa disaksikan di sebuah meja lewat pantulan cermin dari teleskop. Dalam sekejap, ketika matahari kembali muncul di langit Lembang sekitar pukul 15.20, para pengunjung berdesakan ingin menyaksikan.
Hakim mengatakan, gedung teleskop surya yang baru pertama kali dibuka untuk publik ini kurang memadai untuk menerima puluhan pengunjung sekaligus. Ke depan, Bosscha akan mengatur arus pengunjung yang masuk sambil melihat kerja astronom dibalik kaca agar lebih lancar. "Harusnya mengalir tidak berhenti, nanti kami tata lagi," katanya.
Selain itu, Bosscha gagal menayangkan gerhana matahari cincin yang sempurna dari Cina. Padahal pengunjung yang memadati ruang ceramah sudah lama menanti. "Ternyata untuk streaming ke situs itu harus bayar," kata koordinator kunjungan di Observatorium Bosscha Evan Irawan Akbar. Akhirnya, petugas hanya bisa menayangkan gerhana matahari cincin di Bangalore, India.
Pengunjung ke Bosscha yang ingin melihat gerhana matahari langsung tadi berdatangan dari Bandung dan sekitarnya, juga Jakarta, Aceh, dan Yogyakarta. Jumlahnya sesuai catatan petugas, tak kurang dari 300 orang. Gerhana matahari ini, ujar Hakim, hanya sekali terjadi dalam kurun 18,6 tahun atau kelipatannya.
ANWAR SISWADI