Mitsubishi Electric dan Panasonic, misalnya, memajang maket pembangkit listrik tenaga surya. Sharp, Sanyo, Toshiba, dan lainnya memamerkan produk rumah tangga yang hemat listrik. Sementara Waste Management Indonesia memasang peralatan untuk menangkap gas metan dari sanitary landfill di kawasan Cileungsi, Jawa Barat. Lalu Orix memperkenalkan pembangkit listrik tenaga biomas dengan menggunakan limbah kayu.
Metan, karbondioksida, nitrogen oksida merupakan sebagian gas-gas rumah kaca (GRK) yang jadi penyebab pemanasan global. Mitigasi sendiri merupakan berbagai tindakan aktif untuk mencegah atau memperlambat terjadinya pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim. Upaya mitigasi adalah menurunkan emisi GRK dan peningkatan penyerapan GRK serta lainnya.
Selain pameran, diadakan juga konferensi internasional yang bertema ramah lingkungan. Tidak ketinggalan Talkshow Batik with Natural Dye, Manga Class, Workshop Dyeing with Natural Material, Talkshow Travel Behavioural hingga Fashion Recycled. “Impian dunia untuk menciptakan kehidupan yang rendah emisi karbon menjadi semakin mendesak,” kata Kitayama Teisuke, Ketua Komite Persiapan Eco-Products International Fair (EPIF).
Menurut Kitayama, EPIF ini tidak hanya menjadi tempat memamerkan produk-produk, teknologi dan layanan yang ramah lingkungan. Juga, katanya, menjadi wadah informasi mengenai cara-cara terbaru dan paling efektif dalam mengubah gaya hidup guna mendukung percepatan pencapaian dunia yang rendah emisi karbon.
Menteri Perindustrian Mohammad S. Hidayat menjelaskan dunia bisnis perlu menerapkan kebijakan yang berkelanjutan serta lebih ramah lingkungan. “Hal ini merupakan tren global seiring dengan meningkatnya persaingan di dunia untuk memperoleh sumber daya alam yang langka,” katanya. Pemerintah, Kadin dan semua pemegang saham, ujarnya, berkomitmen mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Pameran tahunan ini diselenggarakan oleh Asian Productivity Organization yang berbasis di Tokyo. Sebelum di Indonesia, pameran diadakan di Malaysia (tahun 2004), Thailand (2005), Singapura (2006), Vietnam (2008) dan Filipina (2009). Di Indonesia, pengorganisasian pameran dilakukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Dyandra Promosindo.
Menurut Division Manager Dyandra Promosindo Irvan Mahidin Sukamto, Indonesia berkepentingan menarik investasi bahwa kebutuhan produk “hijau” sangat diperlukan. “Indonesia menampilkan produk unggulan seperti herbal dan batik yang menjadi ikon Indonesia,” katanya kepada pers.
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementrian Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Masri Hasyar menjelaskan, kriteria produk ramah lingkungan. Dari segi proses, kata dia, bahan baku harus terbuat dari bahan yang telah diakui. Dari segi pembuatan harus menggunakan sesedikit mungkin sumber energi dan air serta menimbulkan seminimal mungkin buangan dan emisi.
Ribuan warga mengunjungi pameran tersebut. “Teknologi yang ditawarkan menarik sekali,” kata Devi R. Ayu, salah satu pengunjung. Mulai dari produk yang eco-friendly, hemat listrik dan rendah emisi. Dia menyaksikan banyak pengunjung membawa istri dan anak-anak. Pameran ini, kata Konsultan Eksternal Oxfam itu, menjadi wadah belajar mengetahui produk-produk yang ramah lingkungan.
UNTUNG WIDYANTO