Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Emisi Global Karbon Dioksida Turun 1,3 Persen

image-gnews
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar. TEMPO/Fransiskus.S
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar. TEMPO/Fransiskus.S
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Krisis ekonomi global dan merosotnya produk domestik sepanjang 2009 menjadi penyebab turunnya emisi karbon dioksida sebesar 1,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Temuan ini disampaikan oleh tim ilmuwan Global Carbon Project (GCP) dalam laporan yang diterbitkan Nature Geoscience, Ahad lalu.

Memang penurunan tersebut lebih kecil dari perkiraan GCP sebelumnya sebesar 2,8 persen. Temuan ini merupakan bagian dari pembaruan anggaran karbon tahunan yang dikeluarkan Global Carbon Project, kelompok ilmuwan dan analisis bidang iklim internasional yang mengumpulkan data emisi untuk pembuat kebijakan.

Proyek ini menghitung emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil pembangkit listrik, pabrik semen, dan perubahan tata guna lahan, seperti penggundulan hutan.

Meskipun secara keseluruhan angka emisi turun 1,3 persen, pada 2009 emisi bahan bakar fosil global sebesar 30,8 miliar ton CO2. Dalam sejarah manusia modern, angka ini tertinggi kedua setelah 2008.
Penurunan emisi CO2 yang kecil tersebut banyak dipengaruhi oleh krisis keuangan di negara-negara maju. Di Amerika Serikat, emisi karbon dioksida turun sebesar 6,9 persen, Inggris 8,6 persen, Jerman 7 persen, Jepang 11,8 persen, Rusia 8,4 persen, dan Australia 0,4 persen.

Hal itu berbeda dengan di negara berkembang, di mana terjadi peningkatan. Cina naik sebesar 8 persen, India naik 6,2 persen, dan Korea Selatan 1,4 persen. "Penurunan emisi CO2 pada 2009 ini kurang dari setengah seperti yang diantisipasi tahun lalu," kata Pierre Friedlingstein, profesor pemodelan sistem iklim di University of Exeter.

Menurut Pierre, hal ini terjadi karena penurunan GDP global kurang diantisipasi dan intensitas karbon dari GDP dunia meningkat hanya 0,7 persen pada 2009. Angka ini jauh di bawah rata-rata jangka panjang: 1,7 persen per tahun.

Naiknya intensitas karbon, kata dia, disebabkan oleh meningkatnya ketergantungan terhadap batu bara di negara berkembang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

GCP juga menemukan bahwa emisi CO2 global yang berkaitan dengan deforestasi turun sebesar 25 persen sejak 2000. Hal ini disebabkan oleh penurunan deforestasi di hutan tropis, seperti terlihat pada data satelit di Hutan Amazon di negara Brasil dan Indonesia. "Kita bisa melihat tanda-tanda awal penyerapan CO2 di luar sektor hutan tropis," kata Corinne Le Quere dari University of East Anglia dan British Antarctic Survey.

Jika ekonomi dunia pulih dan tumbuh pada 2010, seperti yang diprediksi, emisi CO2 dari bahan bakar fosil diproyeksi meningkat lebih dari 3 persen. Menurut Pep Canadell, Direktur Eksekutif GCP, ini mendekati tingkat emisi yang tinggi seperti yang terjadi pada 2000-2008.

Laporan GCP memaparkan, walaupun terjadi penurunan emisi 1,3 persen pada 2009, konsentrasi CO2 di atmosfer terus naik mencapai rata-rata 387,2 parts per million (ppm) pada akhir tahun. Sebelum Revolusi Industri, konsentrasi CO2 sekitar 280 ppm. Saat ini terjadi kenaikan sebesar 2-3 ppm per tahun ketika gas rumah kaca lainnya, seperti metana, dihitung. Model komputer memprediksi, jika emisi terus naik pada tingkat seperti sekarang, suhu rata-rata bumi naik 4 derajat Celsius pada 2100.

| GUARDIAN | UNTUNG WIDYANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

4 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

8 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

8 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

8 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

13 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

19 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

22 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

26 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

31 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

38 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.