TEMPO.CO, Moskow - Dalam kurun satu abad terakhir, Rusia telah dihantam meteor dua kali. Pertama di daerah Tunguska pada 1908, lalu di wilayah Kota Chelyabinsk pada Jumat pekan lalu. Fenomena ini membuat pemerintah Rusia berkerut kening memikirkan cara untuk menangkal jatuhnya batuan angkasa ke wilayahnya.
Bukan hal yang mudah bagi Rusia untuk menemukan caranya. Namun para ahli astronomi Amerika Serikat dan Eropa membantu dengan beberapa ide yang sekilas pernah dijumpai dari kisah fiksi ilmiah. Cara itu, antara lain, menabrakkan pesawat antariksa ke asteroid atau meteor, menggunakan sinar matahari untuk menguapkannya, atau meledakkannya dengan bom nuklir.
Pemerintah Rusia agaknya harus bergegas karena warganya mulai khawatir kejadian jatuhnya meteor seperti di Chelyabinsk bakal kembali terulang, meski para ilmuwan memprediksi fenomena itu hanya terjadi sekali seumur hidup.
"Kita harus menciptakan sebuah sistem untuk mendeteksi benda-benda yang mengancam bumi dan menetralisasi mereka," kata Dmitry Rogozin, seorang Wakil Perdana Menteri Rusia, yang bertanggung jawab atas industri pertahanan, Selasa, 19 Februari 2013.
Ia mengatakan, tidak ada satu pun negara yang mampu menghancurkan meteor seperti yang jatuh di Rusia pekan lalu. Bahkan negara dengan fasilitas rudal nuklir canggih seperti Amerika Serikat dan Rusia tidak akan bisa menembak jatuh meteor.
"Presiden Vladimir Putin pun angkat tangan, mengatakan tidak ada negara yang mampu melindungi diri terhadap serangan meteor," ujar Rogozin dalam pernyataan yang disampaikan via jejaring sosial Twitter.
Namun bukan berarti tidak ada harapan bagi Rusia. Jalan keluar tetap terbuka. Pada sebuah konferensi ilmiah di Wina, Austria, kemarin, para ilmuwan mengatakan, sudah waktunya untuk lebih banyak mengamati benda-benda angkasa yang meluncur ke Bumi. "Manusia harus mempersiapkan diri untuk melawan ancaman serangan batuan angkasa," kata Rogozin.
REUTERS | MAHARDIKA SATRIA HADI