TEMPO.CO, Utrecht - Setiap virus perlu nama yang menarik, dan sekarang giliran coronavirus, virus baru yang mencuat di Timur Tengah dan telah menginfeksi 40 orang dan membunuh setengah dari mereka.
Berbagai ilmuwan telah menyebut coronavirus sebagai virus Mers. Kelompok Studi Coronavirus, telah meresmikan nama tersebut pada hari Kamis kemarin. "Nama ini didukung oleh penemu virus dan peneliti lain yang dirintis oleh Mers-COV," dalam paparan Organisasi Kesehatan Dunia ,WHO, dan Departemen Kesehatan Arab Saudi. “Sangat disarankan untuk penggunaan nama virus ini harus dalam bahasa ilmiah."
Menurut kelompok yang dipimpin oleh Raoul de Groot dari Universitas Utrecht di Belanda, pada tulisannya dalam Journal of Virology, masalah penamaan virus bisa menjadi hal yang sensitif. Biasanya, banyak negara tidak ingin nama mereka dikaitkan dengan nama penyakit.
Itulah sebabnya nama seperti "flu Hong Kong" tidak digunakan lagi. Sekarang virus influenza sudah membawa nama genetik seperti H1N1 atau H7N9.
The Mers coronavirus jelas terkait dengan Negara Timur Tengah, Yordania, Qatar dan Arab Saudi. Namun Kasus tersebut juga telah menyebar ke Prancis, Jerman dan Inggris. Virus Mers baru adalah saudara dari SARS. Coronavirus dapat menyebabkan gejala flu seperti yang sering terjadi pada kebanyakan orang. Mers tampaknya berasal dari virus kelelawar, menurut laporan kelompok de Groot.
"Novel coronavirus tampaknya terkait erat dengan virus yang belum diklasifikasikan yang berasal dari kelelawar pemakan serangga di Eropa dan Afrika. Kemungkinan juga kebanyakan pasien secara langsung terinfeksi oleh kelelawar, jelas Kelompok Studi Coronavirus. Kelelawar mungkin telah menginfeksi beberapa hewan lainnya, hingga pada akhirnya kelelawar juga dapat menginfeksi manusia, kata mereka.
Belum ada vaksin untuk melawan MERS dan obat antivirus yang diberikan kepada pasien tampak tidak berpengaruh untuk kesembuhannya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah memberitahu rumah sakit AS untuk mengambil tindakan pencegahan yang ketat jika seseorang muncul dengan gejala Coronavirus atau warganay yang baru - baru ini melakukan perjalanan dari Timur Tengah.
Petugas kesehatan yang melakukan kontak langsungg dengan pasien, harus mengenakan masker khusus, sarung tangan dan baju khusus serta mengikuti aturan lainnya untuk melindungi diri dan pasien lain dari tersebarnya virus tersebut.
WHO mengatakan, ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban tentang Mers. "Kita tahu virus ini telah menginfeksi orang sejak 2012, tapi kita tidak tahu di mana virus ini hidup dan berkembang," jelas WHO dalam sebuah pernyataan di situs resminya.
NBCNEWS.COM | ANINDYA LEGIA PUTRI