TEMPO.CO, Jakarta - Google baru saja menurunkan tarif layanan penyimpanan berbasis komputasi awan (cloud), Google Drive.
Direktur Produk dan Manajemen Google, Scott Johnston mengatakan alasan di balik turunnya harga paket layanan tersebut. “Ini merupakan bentuk terima kasih Google terhadap adanya peningkatan infrastruktur,” ujarnya yang dilansir situs ZDNET, Jumat, 14 Maret 2014.
Baca Juga:
Banyak pihak memprediksi, cara ini dilakukan Google untuk menghadang pesaingnya, Microsoft yang menciptakan layanan OneDrive, yang sebelumnya dikenal dengan nama SkyDrive. Microsoft menyediakan OneDrive lewat layanan Microsoft 365, yang menyediakan surat elektronik, chatting, dan telepon.
Selain memberlakukan potongan harga, Google juga menghadirkan program bonus reward sebesar US$ 15 bagi setiap registrasi. Google Drive juga segera meluncurkan toko online yang menyediakan pengaturan bagi dokumen, antara lain menyunting, memilah, serta menyimpan.
Sebagai rinciannya, Google Drive tetap memberikan gratis penyimpanan data seukuran 15 gigabita. Paket 100 gigabita turun menjadi US$ 1,99 (Rp 22.500) dari US$ 4,99 (Rp 56.550).
Untuk penyimpanan 1 terabita, tarifnya menjadi US$ 9,99 (Rp 113.200) dari US$ 49,9 (Rp 565.500). Adapun untuk paket 100 terabita dan diatasnya, tarifnya mulai US$ 99,9 (1,3 juta). Sebagai perbandingan, Microsoft memberlakukan US$ 50 (Rp 566 ribu) untuk 100 gigabita.
Layanan serupa yang juga populer, yaitu Dropbox yang memberikan gratis penyimpanan 2 gigabita. Dropbox memberlakukan tarif US$ 10 per bulannya untuk kapasitas penyimpanan 100 terabita.
Bisnis berbasis komputasi awan dinilai menjanjikan bagi perusahaan teknologi. Ini sejalan dengan kebutuhan data yang semakin meningkat. Sebelumnya, riset penyedia jaringan Nokia Solutions and Services (NSN) melaporkan, lalu lintas data internet di seluruh dunia akan melonjak seribu kali lipat pada 2020.
ZDNET | SATWIKA MOVEMENTI