TEMPO.CO, Perth - Bencana mematikan pertama penghuni dunia datang dari dalam perut bumi. Sebuah penelitian menunjukkan letusan gunung api purba di daratan Australia sekitar 510 juta tahun lalu menjadi penyebab terjadinya kepunahan massal pertama dalam sejarah bumi. Letusan gunung api purba itu memicu perubahan temperatur dan iklim ekstrem yang memusnahkan separuh penghuni bumi.
Peneliti dari Departemen Geologi Terapan di Universitas Curtin, Australia, Fred Jourdan, dan koleganya memeriksa sejarah letusan gunung api di daerah Kalkarindji, bagian utara Australia, menggunakan teknik pengukuran usia dengan materi radioaktif. Area itu tertutup oleh lapisan lava seluas lebih dari dua juta kilometer persegi, terentang dari wilayah utara hingga barat Australia.
Dalam laporan di jurnal Geology, tim Jourdan membuktikan erupsi gunung berapi itu terjadi bersamaan dengan peristiwa kepunahan makhluk hidup di masa Cambrian sekitar 510 juta tahun lalu. Inilah bencana pertama yang melenyapkan banyak bentuk kehidupan multisel kompleks.
"Kepunahan yang mencakup 50 persen spesies itu berhubungan dengan perubahan iklim dan menyusutnya kadar oksigen di laut, sebelumnya tak ada yang tahu apa penyebabnya," kata Jourdan seperti ditulis situs Unversitas Curtin, 30 Mei 2014.
Jourdan menambahkan ada penyusutan kadar sulfur dioksida pada batuan vulkanik di daerah Kalkarindji. Hal ini mengindikasikan adanya pelepasan sulfur ke udara saat terjadi erupsi. Sebagai perbandingan, letusan gunung api Pinatubo DI Filipina pada 1991 menyebabkan sulfur dioksida terlontar ke atmosfer. Hal itu menyebabkan terjadinya penurunan kecil temperatur global selama beberapa tahun setelah erupsi. (Baca juga: Gunung Sangeang Erupsi Lagi, 17 Gubuk Warga Roboh)
"Jika erupsi kecil pada Pinatubo bisa mempengaruhi iklim, bayangkan apa yang terjadi jika gunung api dengan ukuran setara negara bagian di Australia barat meletus," kata Jourdan.
Para peneliti juga membandingkan letusan Kalkarindji dengan erupsi gunung api raksasa lain. Kebanyakan proses kepunahan terjadi akibat perubahan iklim yang cepat dipicu oleh banyaknya kandungan sulfur dioksida di atmosfer. Selain sulfur dioksida, gas rumah kaca lain semisal metan dan karbon dioksida juga terlepas ke atmosfer, memperburuk kualitas udara, dan iklim.
"Perhitungan kami menunjukkan ada korelasi kronologi antara erupsi gunung api, perubahan iklim, dan kepunahan massal makhluk hidup dalam 550 juta tahun terakhir," kata Jourdan. "Peluangnya hanya satu berbanding 20 juta untuk menyebut korelasi itu sebuah kebetulan."
Menurut Jourdan, perubahan iklim yang cepat akibat erupsi gunung berapi membuat berbagai spesies sulit beradaptasi. Mereka yang tak kuat bertahan dalam kondisi iklim ekstrem akhirnya punah. Hasil studi tersebut, menurut Jourdan, bisa dijadikan bahan acuan untuk mempelajari kondisi lingkungan saat ini. "Agar paham efek dari gas di atmosfer terhadap iklim dan kehidupan biologi, kita harus mengenali bagaimana iklim, lautan, dan ekosistem terpengaruh di masa silam," kata Jordan.
SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA