TEMPO.CO, Washington D.C. - “Dalam tiga menit, dunia akan kiamat,” tulis para peneliti atom dalam jurnal The Bulletin of the Atomic Scientist edisi 22 Januari 2015. Kalimat tersebut memang sangat terkesan suram. Tapi ada alasan kenapa para ilmuwan menyatakan hal tersebut.
Penyebabnya munculnya kalimat frustasi tersebut ialah kecanduan pemakaian bahan bakar fosil dan penundaan pemberlakuan undang-undang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Serta, lambatnya upaya menyingkirkan senjata nuklir.
Setiap tahun anggota dewan jurnal menganalisis beberapa ancaman tersebut terhadap kelangsungan hidup manusia dan jumlah hari yang bisa manusia rasakan. Lalu hasil analisis tersebut mereka tuangkan dalam metafora Jam Kiamata yang sudah dimunculkan jurnal ini sejak 1947.
“Jendela dunia sedang menutup dengan sangat cepat dan menuju kiamat,” kata Kennette Benediktus, direktur eksekutif The Bulletin, seperti dikutip dari Livescience, Senin, 26 Januari 2015. (Baca: Penyebab Kiamat Versi Astronom)
Dia mengatakan tingkat kepanasan karbon dioksika (CO2) di atmosfer saat ini bisa mencapai delapan derajat selsius. Angka tersebut lebih panas dibandingkan seabad lalu, yang baru mencapai empat derajat selsius.
Beberapa orang mungkin tidak merasa khawatir ketika melihat angka-angka tersebut. Namun, lambat laut gelombang panas akan semakin tinggi. “Tingkat kepanasan itu mampu membawa manusia keluar dari zaman es dan secara radikal mengubah permukaan bumi di masa depan,” kata Sivan Kartha, anggota dewan dari Stockholm Environtment Institute.
Sharon Squassoni, anggota dewan lain dari Center for Strategic and International Studies, mengatakan upaya melucuti senjata nuklir tidak banyak berkembang. Menurut dia, hal tersebut juga memperparah kondisi bumi saat ini.
Dia menyebutkan beberapa negara yang sedang mengembangkan nuklir. Di antaranya, Rusia yang sedang mengembangkan program nuklir, India yang berencana memperluas armada kapal selam dengan senjata nuklir, dan Pakistan yang tercatat sedang mengoperasikan reaktor plutonium ketiga. “Semuanya berbahan dasar nuklir,” ujarnya.
Amerika Serikat, kata Squassoni, pun tak terlepas dari retorika nuklir. Menurut dia, dalam jangka panjang Negara Abang Sam sudah menyiapkan dana sebesar 335 miliar dollar Amerika untuk pengembangan tenaga nuklir.
Squassoni mengatakan risiko senjata nuklir bukan saat menekan tombol dan melahirkan bencana. Melainkan, habisnya tenaga, uang, dan waktu untuk menjaga keamanan dari keberadaan nuklir.
Dewan buletin ini didirikan pada 1945 oleh para ilmuwan yang menciptakan bom atom Amerika Serikat. Para ilmuwan tersebut ingin memperingatkan tentang bahaya teknologi nuklir.
Jam Kiamat pertama kali muncul pada 1947. Saat itu kiamat menurut ilmuwan masih berjarak tujuh menit, atau dituliskan dengan 23:53, sebelum menuju pukul 00:00. Jam ini bergeser sedikit demi sedikit selama tujuh dekade berikutnya. (Baca: Kiamat Ketika Matahari Mengembang dan Memakan Bumi)
Jam ini pernah mendekati angka terdekat, 23:58, saat A.S. dan Uni Soviet (sekarang Rusia) melakukan tes pertama bom hidrogen yang kedua negara tersebut ciptakan. Namun, beberapa waktu kemudian jam tangan itu mundur kembali ke pukul 23:43, atau 17 menit sebelum tengah malam, pada Desember 1991.
Saat itu, kedua negara adidaya tersebut menandatangani Traktat Gencatan Senjata Strategis yang berdampak pada pelucutan senjata nuklir. Namun, kini Jam Kiamat tengah bergerak kembali ke pukul 23:57, atau “Tiga menit sebelum kiamat.”
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB
Berita lainnya: