TEMPO.CO, Bandung - Dari 34 daerah di Indonesia, hanya daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang dinilai paling ideal sebagai lokasi observatorium baru. Direktur Observatorium Bosscha Mahasena Putra mengatakan seleksi lokasi tersebut telah dimulai sejak 2007 melalui survei kajian karakterisasi situs dan pengujian selama 3-8 tahun.
Jika jadi dibangun di Kupang, kata Mahasena, bukan berarti Observatorium Bosscha di Lembang boyongan pindah ke Kupang. Wahana pengamatan benda langit di Lembang, Bandung, itu berfungsi sebagai observatorium induk. “Pengendaliannya oleh astronom tetap dari Bandung, di sana beberapa teknisi atau operator alat saja,” ujarnya, Selasa, 5 Mei 2015. Calon lokasi observatorium baru itu berada di kaki Gunung Timau.
Mahasena mengatakan calon lokasi observatorium berada pada ketinggian sekitar 1.300 meter dari permukaan laut. Wilayahnya juga kurang berawan dan akses ke lokasi mudah. “Terutama akses untuk memudahkan pembangunannya,” katanya. Sebanyak 30-an daerah lain tidak memenuhi aspek persyaratan tersebut. “Kini sedang menunggu perizinan dari Menteri Kehutanan karena wilayah itu masuk kawasan lindung.”
Menurut Mahasena, rencana pembangunan observatorium baru tersebut kini ditangani Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional. Dana yang diajukan sebesar Rp 300 miliar nantinya dialokasikan lewat lembaga itu.
Sebelumnya, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan observatorium baru itu direncanakan terwujud pada 2018 atau 2019. Observatorium baru diperlukan karena kondisi Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, sudah terganggu polusi cahaya. Observatorium Bosscha nantinya masih tetap dipakai sebagai sarana pendidikan astronomi.
ANWAR SISWADI