TEMPO.CO, Teheran - Gawai atau gadget rupanya dianggap sebagai ancaman di Iran. Pemerintah di negara tersebut berencana melarang pejabat setempat menggunakan telepon pintar untuk keperluan pekerjaan. Alasannya, teknologi memungkinkan peretas membobol data rahasia.
"Draf peraturan sudah dibuat, kami tinggal menunggu ketetapannya," ujar Jenderal Gholam Reza Jalali, pejabat militer Iran yang memimpin unit antisabotase, kepada situs International Business Times, Selasa, 16 Juni 2015.
Jalali mengatakan gawai buatan negara Barat berpotensi menjadi pintu masuk bagi para peretas. Teknologi penyimpanan berbasis cloud atau komputasi awan juga diyakini memberikan peluang terhadap serangan. Data yang tersimpan di cloud dapat disalin atau dicadangkan.
Dia memastikan, pejabat boleh menggunakan ponsel pintar untuk urusan pribadi. "Jadi, semua orang di Iran tetap boleh menggunakan ponsel pintar," ucap Jalali.
Iran mengklaim sudah menjadi target kejahatan dunia maya internasional sejak 2010. Serangan berlanjut dengan munculnya virus Stuxnet yang disebar para peretas ke pusat informasi kegiatan nuklir pada April lalu.
Virus tersebut masuk lewat komputer milik tiga hotel mewah di Austria dan Swiss. Lokasi tersebut dijadikan tempat negosiasi nuklir Iran dengan para diplomat Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, dan Cina.
Hingga kini belum terungkap siapa pihak yang bertanggung jawab atas virus tersebut. Austria dan Swiss pun tengah melakukan investigasi.
SATWIKA MOVEMENTI