TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti internasional menemukan spesies baru di Indonesia. Spesies baru ini berupa binatang pengerat dengan hidung serupa babi, yang belum pernah dilihat sebelumnya. Meski tak menyebutkan nama daerah secara spesifik, hewan ini ditemukan di pegunungan pulau terpencil di Sulawesi.
“Kami belum pernah melihat sesuatu seperti ini. Jelas-jelas ini adalah suatu spesies baru,” kata kurator mamalia dari Museum Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lousiana, Jake Esselstyn, seperti dilansir dari Phys pada Selasa, 6 Oktober 2015, waktu setempat. Penemuan baru ini merupakan yang ketiga dalam penelitian yang sudah berlangsung sejak 2012.
Meski baru diumumkan pada tahun ini, Esselstyn telah menemukan spesies ini di hari kedua penelitian lapangan mereka pada 2013. Berbagi tugas dengan rekan setimnya, Kevin Rowe, mereka menelusuri dua arah yang berbeda dari tempat perkemahan untuk melihat perangkap yang telah dipasang sebelumnya. Ternyata, perangkap Rowe dan Esselstyn menangkap dua hewan yang sama, tapi belum pernah dilihat sebelumnya.
Tikus ini memiliki hidung besar yang datar dan berwarna merah muda. Lubang hidungnya menghadap ke depan. Karena itu, mereka menamai hewan ini ‘tikus hidung babi’, dengan nama ilmiah Hyorhinomys stuempkei.
Tikus jenis baru ini memiliki telinga yang besar, kaki belakang yang panjang, gigi pengerat putih panjang, dan rambut urogenital yang lebat. Secara genetik pun, tikus hidung babi ini sangat berbeda dengan hewan yang mirip, sehingga akhirnya ditahbiskan sebagai suatu genus baru. Penampakan tikus ini juga menghiasi Jurnal Mamalogi edisi Oktober.
Perbedaan yang tampak, selain secara genetika, adalah tak tampaknya sambungan rahang di tulang dentalnya. Sambungan rahang, yang juga dikenal sebagai prosesus koronoid, umum ditemukan di spesies mamalia lainnya termasuk manusia. “Saya tak tahu hewan pengerat lain yang benar-benar tak memiliki sambungan rahang ini,” kata Esselstyn.
Tak adanya sambungan rahang ini juga menjelaskan makanan utama tikus hidung babi. Karena rahangnya lemah, maka mereka tak mengkonsumsi makanan yang membutuhkan banyak kunyahan. Tikus ini umumnya mengkonsumsi cacing tanah dan lava kumbang.
PHYS | URSULA FLORENE