TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin menemukan fenomena pemutihan karang (coral bleaching) secara massal di perairan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kejadian ini ditemukan saat lima anggota tim melakukan penyelaman di ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Tanjung Bira dan perairan Pulau Liukang Loe, Kabupaten Bulukumba, sejak Sabtu, 5 Maret, hingga Selasa, 8 Maret 2016.
"Kami memperkirakan 50 persen terumbu karang di dua perairan itu mengalami coral bleaching," kata Nirwan Dessibali, anggota penelitian, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 11 Maret 2016. Selain Nirwan, ada empat peneliti lain, yakni Sumarjito, Syamsu Rizal, Nugraha Maulana, dan Mochyudo Eka Prasetya.
Nirwan menduga pemutihan terumbu karang terjadi karena meningkatnya suhu permukaan laut akibat perubahan iklim, sehingga polip karang kehilangan alga simbiotik zooxantela di dalamnya. Alga ini merupakan sumber makanan dan warna terumbu karang. Dugaan tersebut didasari data yang dikeluarkan National Ocean Atmospheric Administration (NOAA), yang mengungkapkan suhu air laut di sebagian wilayah Indonesia akan terus meningkat di atas rata-rata hingga pertengahan tahun ini.
Saat terjadi pemutihan, kata Nirwan, terumbu karang akan berpotensi mati secara massal. Musababnya, karang tidak mampu bertahan hidup tanpa alga simbiotik.
Sebelumnya, NOOA merilis peta daerah yang akan dilalui pergerakan suhu panas permukaan laut. NOOA membagi lima kategori daerah. "Yang tidak terjadi pemutihan, pemantauan pemutihan karang, peringatan pemutihan, siaga satu, dan siaga dua," Nirwan menjelaskan.
Berdasarkan peta tersebut, perairan Kabupaten Bulukumba masuk kategori pemantauan bleaching. Namun beberapa wilayah di Indonesia masuk kategori siaga satu dan siaga dua, termasuk Raja Ampat, yang merupakan “surga” karang dunia.
"Nelayan setempat juga menyampaikan kepada kami bahwa suhu perairan di Kabupaten Bulukumba selama sepekan terakhir mengalami kenaikan atau panas," tuturnya.
Pakar terumbu karang dari Universitas Hasanuddin, Syafiuddin Yusuf, menduga pemutihan massal ini terjadi secara global. "Di lokasi perairan yang dilewati arus panas," ujar pria yang karib disapa Bang Ucup ini. Di Sulawesi Selatan, kata dia, pemutihan karang juga terjadi di perairan Kepulauan Spermonde Pangkep.
Menurut dia, belum ada langkah efektif untuk mencegah pemutihan karang. Namun Syafiuddin berharap pemantauan secara berkala harus tetap dilakukan untuk melihat besaran dampak yang ditimbulkan.
Selain itu, dia berharap pemerintah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi pemutihan karang massal. "Sebab, akan berdampak terhadap potensi laut, perikanan, dan wisata bawah laut Indonesia," tuturnya.
AMRI MAHBUB