TEMPO.CO, Jakarta - Gerhana matahari total yang terjadi, Senin, 21 Agustus 2017, memang fenomena alam langka. Tapi, ada lima fenomena alam yang lebih langka lainnya. Apa saja itu?
Berikut lima fenomena alam langka lain, seperti dikutip dari laman Popular Science:
Baca: Inilah Cara Menghitung Siklus Gerhana Matahari
1. Air Terjun Darah Antartika
(Foto: Wikipedia.org)
Air terjun yang warnanya semerah darah ini terjadi di Gletser Taylor. Warna ini terjadi lantaran air laut yang asin bercampur dengan kandungan besi yang tinggi dan mikroba. Air terjun ini hanya terjadi di Kutub Selatan
2. Petir Kusam
(Foto: Wikipedia.org)
Petir ini terjadi saat muatan listrik terbentuk di antara partikel air dan es di awan dan terjadi di abu tebal. Partikel abu bergesekan satu sama lain dan mengeluarkan arus listrik saat lepas di udara terbuka. Fenomena ini tercatat sangat jarang, terjadi sekali dalam 18 bulan di seluruh dunia di dekat erupsi gunung berapi.
Baca: Cerita Prasejarah tentang Gerhana Matahari
3. Bola petir
(Foto: dailymail.co.uk)
Bola petir ini memancarkan warna-warni cerah dan bersinar seterang lampu 100 watt. Biasanya terjadi saat badai petir. Kemunculannya lebih lama ketimbang petir itu sendiri. Pertama kali terekam pada 2012.
4. Crop Circle di Bawah Laut
(foto: borepanda.com)
Ikan pufferfislah yang membuat crop circle ini saat hendak kawin. Biasanya, ikan jantan melukis pasir menggunakan siripnya untuk menarik pufferfish betina.
5. Batu Berlayar
(Foto: dailymail.co.uk)
Fenomena ini ada di Death Valley, Racetrack Playa, California. Ada batu-batu seberat 300 kilogram meninggalkan yang meninggalkan jejak habis bergerak jauh. Fenomena ini terjadi ketika lembah berisi air yang cukup dalam untuk mengapungkan es, tapi cukup dangkal untuk menggerakkan batu. Kecepatan gerak batu hanya kurang dari lima sentimeter per detik, jadi kalau diamati dari jauh tampak seperti diam.
Baca: Gerhana Matahari, Kiamat, dan Misteri Planet Nibiru
Simak artikel menarik tentang fenomena alam dan gerhana matahari lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.
POPULAR SCIENCE | AMRI MAHBUB