TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 68 persen perusahaan di seluruh dunia rupanya masih menganggap enteng keamanan data mobile. Data yang berasal dari akses perangkat bergerak ini kini kerap digunakan karyawan untuk bekerja. Dan kebanyakan perusahaan itu ternyata berskala besar. Temuan ini diperoleh dari survei BlackBerry pada 2014.
“Padahal, semakin canggih gawai semakin membuka peluang bagi peretas,” ujar Managing Director BlackBerry Indonesia Sofran Irchamni di Jakarta, Kamis, 28 Mei 2015.
Selain menemukan minimnya kesadaran, survei itu menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tidak punya bekal pengetahuan keamanan. Ini ditandai dengan pimpinan divisi teknologi informasi yang mengaku tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika gawai milik karyawan hilang atau dicuri. Perangkat yang jatuh ke tangan pihak tidak bertanggung jawab bisa menjadi jalan bagi pembobolan data perusahaan.
Terkait dengan hal tersebut, BlackBerry menyediakan beberapa macam sistem keamanan bagi perangkat bergerak. Pertama, BlackBerry Enterprise Solution (BES), yang berupa server yang diklaim mampu mengatur dan melindungi keluar-masuknya data dari dan ke perangkat bergerak.
BES awalnya hanya dapat melindungi data yang berasal dari telepon pintar BlackBerry. Perusahaan itu kemudian meningkatkan kemampuan lewat teknologi yang kompatibel dengan berbagai sistem operasi mobile. Server BES diklaim mampu mengatur hingga 25 ribu perangkat milik karyawan.
Administrator bertugas melacak alamat Internet protocol (IP address) jika karyawan kehilangan ponsel. Setelah terlacak, proses wipe atau menghapus data dapat segera dilakukan. “Karyawan diimbau mencadangkan data untuk mengantisipasi hilangnya ponsel,” ucap Technical Solution Manager BlackBerry Indonesia Seto Damarjati di tempat yang sama.
Selanjutnya, enkripsi suara berupa chip yang ditanamkan di gawai. Chip ini didukung oleh teknologi buatan perusahaan Jerman bernama Secusmart, yang diakuisisi BlackBerry pada 2014. Ada juga WatchDox yang memudahkan pengiriman data dari berbagai perangkat. WatchDox juga dapat melacak siapa saja yang mengunduh data.
Seto mengatakan kehadiran solusi tersebut juga mendukung tren mobility enterprise. “Manajemen mobility harus diterapkan karena teknologi informasi berperan mengendalikan konektivitas,” ucapnya.
SATWIKA MOVEMENTI