Edisi Akhir Tahun Tempo: Para Pejuang Vaksin di Lapangan

Reporter

TEMPO

Selasa, 28 Desember 2021 04:27 WIB

Anggota kepolisian saat mengikuti apel pengawalan dan pelepasan tim vaksinator di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 11 Februari 2021. Kapolri memerintahkan seluruh jajarannya untuk mengawal dan mengamankan program vaksinasi COVID-19. TEMPO/Muhammad Hidayat

Steven De Nachs

Steven De Nachs adalah satu-satunya dokter di Puskesmas Sarereiket di pedalaman Mentawai, Sumatera Barat, yang wilayah kerjanya meliputi dua desa: Madobag dan Matotonan. Pemuda berusia 27 tahun ini mengisahkan pernah mendapat pengalaman tak mengenakkan, dikelabui masyarakat setempat untuk pelaksanaan vaksinasi.

Di tengah gencarnya upaya vaksinasi Covid-19 secara massal, masyarakat memintanya untuk membawakan vaksin untuk vaksinasi di gereja di Madobag, seusai ibadah Minggu. Mereka menyatakan kesediaannya disuntik setelah bajak atau pengurus gereja membantu mendorong para jemaatnya tersebut.

“Lima menit sebelum ibadah selesai saya ke luar duluan dari gereja dan pergi mengambil vaksin, tapi ketika saya sampai di gereja lagi ternyata semua jemaat sudah pulang dan tersisa Bajak Gereja seorang diri. Vaksinasi pun gagal,” kata Steven sambil tertawa.

Sejak saat itu, ia dan dua tenaga kesehatan yang membantunya di Puskesmas Sarereiket memutuskan mengubah pendekatan kepada masyarakat setempat. Steven tidak pernah lagi memaksakan warga agar datang ke satu lokasi seperti gereja, apalagi puskesmas, untuk divaksin.

Jika ada warga yang mau divaksin, barulah Steven mendatanginya di dusun tempat mereka tinggal. Itu artinya Steven harus siap bolak-balik pula menjemput stok dosis vaksin yang akan disuntikkan ke Puskesmas Muara Siberut, di ibu kota Kecamatan Siberut Selatan. Di sinilah, stok vaksin jatah Sarereiket disimpan.

Dari Muara Siberut, vaksin disimpan dalam coldbox dan dibawa menggunakan sepeda motor lewat darat melalui Dusun Rogdog, Madobag, yang ditempuh selama satu jam. Dari Rogdog, perjalanan masih mungkin dilanjutkan dengan sepeda motor, tapi lebih sering disambung naik pompong (perahu kecil dengan mesin tempel) lewat sungai selama satu jam.

Dengan cara itu, vaksin yang dibawa bisa dipakai habis di dusun tujuan. Kalaupun masih ada yang bersisa, vaksin akan dititip di kulkas milik sebuah warung di Madobag karena tak tersedia di Puskesmas Sarereiket. Persoalan pasokan listrik yang hanya ada malam, pukul 18-23 WIB, disiasati dengan memindahkan vaksin ke freezer dalam kulkas saat listrik sudah terputus. “Jadi vaksin tetap dingin,” kata Steven.

Dokter kelahiran Padang pada 26 April 1994, putra dari seorang bidan, ini menyadari besarnya resistensi masyarakat di pedalaman yang dihadapinya tersebut terhadap fakta wabah Covid-19. Ia masih ingat saat pertama bertugas di Puskesmas Sarereiket Juli tahun lalu, tepat saat Covid-19 di Tanah Air sedang menggila.

“Saat mereka lihat saya lewat pakai masker, mereka langsung berteriak, ‘tak anai (tidak ada) corona di sini dokter’,” kata Steven.

Pun saat vaksinasi. Menurut pemilik akun Dokter Mentawai di kanal YouTube ini, masih banyak yang menolak karena tak menganggap Covid-19 berbahaya. Padahal kasus terkonfirmasi positif tak terkecuali telah menjamah warga Desa Madobag dan Matotonan. Steven menghitung tak kurang dari enam kasusnya yang tercatat sepanjang tahun ini.

Seluruhnya berhasil sembuh kembali dan sebagian tanpa menunjukkan gejala. Kalaupun yang mengalami gejala seperti anosmia (hilangnya indera penciuman) dianggap gejala yang biasa dialami menjelang musim buah. “Bukan karena corona,” kata Steven.

Menghadapi keyakinan itu, Steven beralih mengedepankan sasaran vaksinasi kepada murid sekolah SD dan SMP yang ada di Madobag dan Matotonan. Murid SD banyak yang divaksin karena telah berusia 12 tahun atau lebih. Dia mengungkapkan, tidak ada kendala dalam memberikan vaksin ke kelompok ini dan bisa langsung mencakup 100 persen.

Dokter Steven De Nachs berfoto setelah menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga di Puskesmas Sarereiket, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, 8 Desember 2021. Dok. Pribadi'

Sedang kepada orang dewasanya, Steven kini mengandalkan menitip ajakan melalui beberapa sikerei, ahli pengobatan tradisional dan tokoh ritual, yang sudah mau divaksin. Seperti yang dilakukannya melalui Ogo Toitet Samoanmuntei. Pria berusia 60 tahun ini adalah sikerei pertama yang bersedia divaksin, itupun baru terjadi pada 8 Desember lalu.

Pada hari itu Ogo Toitet meringis saat lengan kanannya disuntik oleh Steven. “Hanya sakit sedikit," katanya setelahnya. Dia ditemani seorang sikalabai (istri sikerei) yang tampak cemas menunggu giliran divaksin. Dia juga meringis sambil memejamkan matanya kuat-kuat saat disuntik.

Steven tersenyum puas melihat keduanya. Menurutnya, kehadiran Ogo Toitet berpengaruh untuk kehadiran peserta vaksinasi di Desa Matotonan pada pagi itu yang sebanyak 160 orang. Terbit harapan sang dokter muda bahwa cakupan vaksinasi bakal segera meningkat dari saat ini yang masih sekitar 40 persen.

Berita terkait

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

14 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

15 jam lalu

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

Selain kasus bayi diperkosa, pria Brasil ini juga sedang menghadapi penyelidikan atas percobaan pemerkosaan terhadap seorang remaja

Baca Selengkapnya

6 Dampak Fatal yang Berpotensi Terjadi saat Cabut Gigi

3 hari lalu

6 Dampak Fatal yang Berpotensi Terjadi saat Cabut Gigi

Cabut gigi memang direkomendasikan untuk membasmi gigi rudak yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi, namun, untuk melakukannya perlu berkonsultasi dengan dokter gigi agar risiko fatal tidak terjadi

Baca Selengkapnya

Dokter Masih Mogok Kerja, Korea Selatan Izinkan Dokter Asing Berpraktik

6 hari lalu

Dokter Masih Mogok Kerja, Korea Selatan Izinkan Dokter Asing Berpraktik

Korea Selatan akan mengizinkan dokter asing bekerja di rumah sakit, untuk mengatasi pemogokan massal dokter

Baca Selengkapnya

Cerita Prestasi Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Raih Nilai Tes Nasional Tertinggi 2023

9 hari lalu

Cerita Prestasi Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Raih Nilai Tes Nasional Tertinggi 2023

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember diharapkan tetap profesional dalam bekerja di masyarakat nanti.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

10 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

13 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Keindahan Kepulauan Mentawai yang Didatangi Anthony Kiedis

28 hari lalu

Mengintip Keindahan Kepulauan Mentawai yang Didatangi Anthony Kiedis

Kepulauan Mentawai dikenal sebagai salah satu tujuan wisata internasional karena ombaknya dianggap salah satu yang terbaik untuk surfing.

Baca Selengkapnya

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

29 hari lalu

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.

Baca Selengkapnya

2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

34 hari lalu

2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

Korea Selatan masih didera pemogokan massal para dokter. Ribuan perawat disiagakan.

Baca Selengkapnya