TEMPO.CO, Bandung - Para ilmuwan selama lebih dari empat dekade meyakini, sebagian massa padat di bumi ikut berperan dalam penciptaan bulan. Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, sebuah objek langit berukuran sebesar planet Mars menyerempet bumi dengan kecepatan rendah.
Baca juga: Penampakan Gerhana Bulan Juli 2018 di Berbagai Negara
"Objek langit ini mengambil sebagian massa padat di bumi yang kemudian menjadi bulan," kata pengajar di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Mirzam Abdurrachman, Jumat, 27 Juli 2018. Teori ini didukung oleh kemiripan batuan basalt yang ada di bumi maupun di bulan.
Dari kejadian tumbukan bumi dengan benda angkasa itu, cerita perjalanan tektonik lempeng bumi dimulai. Menurut Mirzam, ruang kosong yang ditinggalkan oleh objek langit itu membuat lempeng di bumi bergerak leluasa di atas astenosfer.
Baca juga: Sungai Bengawan Solo Jadi Tempat Favorit Lihat Gerhana Bulan
Astenosfer merupakan lapisan bumi di bawah lapisan litosfer atau di atas lapisan mantel bumi. Lapisan itu bersifat plastis dan memungkinkan litosfer yang bersifat padat bergerak mendekat, menjauh, atau sekadar berpapasan.
"Pergeseran ini menghasilkan palung, punggungan di tengah samudera, pegunungan, atau patahan," kata dosen yang masuk Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia ITB itu.
Ilmuwan juga mempunyai beberapa teori pembentukan bulan. Salah satu di antaranya tentang skenario tumbukan dasyat (violent collision) antara objek langit sebesar Mars dengan bumi menciptakan temperatur yang sangat ekstrem panas. Suhu ini menghasilkan kabut asap yang mengembang hingga 500 kali ukuran bumi. "Kemudian mendingin, menggumpal, dan menghasilkan bulan seperti sekarang," katanya.
Baca juga: Bukan Merah Darah, Gerhana Bulan Total Pernah Berwarna Gelap
Teori itu berlandaskan rekaman sebuah isotop batuan yang ada di bulan. Ilmuwan memanfaatkan temuan Heavy Potassium Isotope atau isotop dengan kandungan potasium yang tinggi untuk menceritakan bagaimana pecahan 4,5 miliar tahun yang lalu tersebut memisah dari bumi.
"Isotop dengan kandungan potasium yang tinggi mengindikasikan perlunya suhu yang sangat tinggi untuk memisahkan pecahan cikal bakal bulan tersebut dari bumi," kata Mirzam.
Baca juga: BMKG: Gerhana Bulan Berdampak pada Gelombang Tinggi
Simak artikel menarik lainnya tentang bulan hanya di kanal Tekno Tempo.co.