TEMPO.CO, Bandung - Ahli dan peneliti longsor, Adrin Tohari, menduga fenomena tanah retak di Banjarnegara, Jawa Tengah, diakibatkan kenaikan air muka tanah. Kenaikan itu disebabkan infiltrasi air hujan.
Baca: Fenomena Tanah Retak di Depok, PVMBG: Dipicu Hujan Deras
Baca Juga:
"Kalau dilihat dari gejalanya ini, gerakan tanah yang terjadi kemungkinan besar adalah tipe nendatan," kata pakar dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung tersebut, Senin, 5 November 2018.
Tipe nendatan disebut juga pergerakan tanah yang berjalan lambat. Menurut Adrin, kejadian itu biasanya terjadi di daerah permukiman yang tata guna lahan di atas atau di bawahnya berupa persawahan. "Juga biasanya terdapat balong (kolam ikan)," ujarnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menuturkan telah menerima laporan kejadian itu hingga kondisi terbaru Ahad, 4 November 2018. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, retakan tanah berada di RT 01 dan 03 RW 06 Desa Danaraja, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 3 November lalu, pukul 16.00, setelah hujan dengan intensitas lebat di wilayah Desa Danaraja dan sekitarnya. Retakan tanah memiliki kedalaman dan panjang yang beragam.
Kedalamannya berkisar 2-3 meter dengan panjang 20-300 meter. Bentuk retakan ada yang melingkar seperti tapal kuda, juga memanjang retak rambut atau zigzag.
Titik retakan tanah di wilayah RT 01 berada di sebidang tanah milik Imam W., 62 tahun, dan sebidang tanah lain milik Slamet R., 70 tahun.
Terdapat lima rumah yang berada tepat di samping dan di lingkaran retakan tanah, salah satunya milik Amad Sahroni, 55 tahun. Retakan tanah mengakibatkan tembok rumah permanen miliknya retak-retak dengan lebar dan panjang bervariasi, termasuk lantainya.
Menurut keterangan pemilik rumah dan ketua RT setempat, kejadian seperti itu baru pertama kali terjadi pada awal musim hujan tahun ini.
Saat hujan lebat, air yang mengalir dari sekitar pekarangan dan perumahan warga langsung hilang meresap ke lubang dan retakan tanah.
Tindakan yang sudah dilakukan warga dan perangkat desa, berdasarkan laporan petugas BPBD setempat, adalah langsung menutup tanah retak dan lubang tersebut. Tim BPBD juga mengimbau pemilik rumah untuk selalu waspada dan segera melaporkan perkembangan kejadian.
Selain itu, warga diimbau segera melakukan antisipasi dengan membuat jalur aliran agar air tidak mengalir ke retakan tanah serta segera menutup kembali bila terdapat retakan atau lubang pada tanah. Tim BPBD membutuhkan penelitian lebih lanjut oleh ahli.
Simak artikel lain tentang tanah retak di kanal Tekno Tempo.co.