TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Avast meluncurkan laporan potensi serangan siber 2019. Laporan tersebut memberikan rincian tentang tren keamanan terbesar yang akan dihadapi konsumen pada 2019 sesuai data yang dikumpulkan oleh tim Avast Threat Labs.
Baca juga: 5 Serangan Siber Paling Merusak yang Pernah Terjadi
"Tahun ini, kita merayakan peringatan 30 tahun World Wide Web. Setelah 30 tahun yang singkat dan lanskap ancaman secara eksponensial menjadi sangat kompleks. Dan permukaan serangan yang tersedia tumbuh lebih cepat daripada yang ada di titik lain dalam sejarah teknologi," ujar President of Consumer Avast Ondrej Vlcek, dalam keterangan tertulis, Jumat, 4 Januari 2018.
Tim Avast Threat Labs menemukan hampir sekitar satu juta file baru setiap hari dan mencegah dua miliar serangan setiap bulannya. Kegiatan ini memberikan wawasan penting berkenaan dengan ancaman yang paling umum, serta kemampuan memetakan tren untuk memprediksi serangan yang akan terjadi di masa mendatang.
Baca juga: Begini Cara Kelompok Hacker Seedworm Melakukan Serangan Siber
"Virus PC masih merupakan ancaman global yang kini bergabung ke lebih banyak kategori malware dengan lebih banyak serangan. Orang-orang mendapati lebih banyak dan beragam jenis perangkat yang terhubung, artinya hampir di setiap aspek kehidupan kita dapat dihantui oleh serangan," tutur Vlcek. Beberapa tren keamanan inti yang akan berevolusi atau terus berdampak pada konsumen di tahun 2019, antara lain:
1. Kemunculan Adversarial AI
Avast memperkirakan munculnya kategori serangan yang dikenal dengan nama 'DeepAttacks' yang menggunakan AI-generated content untuk menghindari kontrol keamanan AI. Pada 2018, tim Avast mengamati banyak contoh para peneliti menggunakan algoritma adversarial AI untuk membodohi masyarakat.
Contohnya termasuk video palsu Obama yang dibuat oleh Buzzfeed. Dalam video tersebut, Presiden Obama terlihat menyampaikan kalimat palsu, dengan cara penyampaian yang meyakinkan. Avast juga menemukan beberapa contoh dari adversarial AI yang dengan sengaja mengacaukan algoritma pendeteksian objek yang paling cerdas. Pada 2019, Avast memprediksi DeepAttacks akan lebih banyak disebar secara umum dalam upaya menghindari deteksi manusia dan pertahanan cerdas.
2. IoT akan Menjadi Lebih Canggih
Tren ke arah perangkat pintar akan sangat menonjol pada tahun mendatang, sehingga akan sulit untuk membeli peralatan atau elektronik rumah yang tidak terhubung ke internet. Penelitian Avast menunjukkan bahwa faktor keamanan sering menjadi pemikiran dalam pembuatan perangkat tersebut.
Sementara perangkat pintar yang populer sering memberikan opsi keamanan yang tertanam atau menyatu pada perangkat. Ada pula beberapa produsen yang melakukan penghematan mengenai keamanan ini dengan tujuan menjaga biaya tetap rendah, tujuannya agar konsumen atau karena produsen tersebut tidak ahli dalam bidang keamanan.
Mempertimbangkan sebuah smart home akan seaman tautan terlemahnya adalah suatu kesalahan. Sejarah cenderung akan terulang. Jadi masyarakat akan melihat bagaimana malware IoT terus berevolusi dan menjadi lebih canggih dan berbahaya, mirip dengan bagaimana malware PC dan ponsel berkembang.
3. Serangan Router Semakin Maju
Router telah terbukti menjadi target yang mudah dan marak bagi gelombang serangan siber. Avast tidak hanya melihat peningkatan malware berbasis router pada 2018, tapi juga perubahan dalam karakteristik serangan tersebut.
Pada 2019, Avast memprediksi peningkatan pembajakan router yang digunakan untuk mencuri kredensial perbankan, misalnya. Router yang terinfeksi menyuntikkan frame HTML berbahaya ke halaman web tertentu saat ditampilkan di ponsel. Router akan terus digunakan sebagai target serangan, tidak hanya untuk menjalankan scripts kriminal atau memata-matai pengguna, tapi juga bertindak sebagai tautan perantara dalam serangan berantai.
4. Evolusi Ancaman Seluler
Pada 2019, taktik terkenal seperti periklanan, phishing, dan aplikasi palsu akan terus mendominasi lanskap ancaman seluler. Pada 2018, Avast melacak dan menandai banyaknya aplikasi palsu yang menggunakan platform apklab.io Avast. Beberapa aplikasi palsu ini bahkan ditemukan di Google Play Store.
Aplikasi palsu adalah zombie dalam keamanan seluler. Aplikasi palsu menjadi begitu umum, sehingga aplikasi nyaris tidak menjadi bahasan utama ketika aplikasi palsu baru tersebut muncul untuk menggantikan aplikasi yang sudah ditandai untuk dihapus. Aplikasi palsu akan terus bertahan sebagai tren pada 2019 dan akan diperburuk oleh versi palsu dari aplikasi populer yang melakukan putaran di Google Play Store.
Pada 2018, kembalinya Trojan perbankan juga sangat menonjol untuk segi mobile. Tumbuh sebesar 150 persen dari tahun ke tahun, dari yang awalnya hanya tiga persen menjadi lebih dari tujuh persen dari keseluruhan deteksi yang Avast termukan di seluruh dunia. Meski mungkin tidak digolongkan sebagai perubahan besar dalam segi volume secara keseluruhan, Avast percaya bahwa kriminal di dunia maya menemukan perbankan sebagai cara yang lebih diandalkan untuk menghasilkan uang daripada cryptomining.
Baca juga: Cerita Serangan Siber Pertama di Dunia, 30 Tahun Lalu
Simak artikel menarik lainnya seputar serangan siber hanya di kanal Tekno Tempo.co.