1. Desain
Asus Zenfone Max Pro. TEMPO/Fajar Januarta
Untuk ponsel yang meluncur hanya berselang delapan bulan setelah seri pendahulunya, ZenFone Max Pro M2 tampak sangat berbeda. Baik dari desain maupun spesifikasi.
Max Pro M2 mengusung desain dengan poni layar. Hal ini, tentunya, memberikan pandangan yang lebih luas, sentuhan dari ujung ke ujung. Meski masih memiliki bezel yang cukup tebal di bagian dagu, tapi tidak mengurangi kepuasan dalam menikmati entertainmen video maupun game lantaran layarnya yang cukup besar, 6,2 inci dengan rasio 19:9.
Perubahan radikal selanjutnya ada di bodi bagian belakang. Pada ZenFone Max Pro M1, bagian ini terbuat dari aluminium. Pada seri kedua ini, ASUS menggantinya dengan polikarbonat dengan tampilan glossy. Dilihat sekilas, bagian ini tampak seperti kaca. Namun ketika digenggam, barulah kita tahu bahwa itu hanyalah "ilusi" yang tercipta dari tekstur dan kilau. Pekerjaan ASUS dalam hal ini patut diacungi dua jempol.
Asus Zenfone Max Pro. TEMPO/Fajar Januarta
Tentu saja, penggantian material tersebut juga bisa dilihat sebagai penurunan kualitas dari seri sebelumnya. Meski begitu, beratnya menjadi lebih ringan, yakni 175 gram. Lebih ringan lima gram ketimbang ZenFone Max Pro M1 yang memiliki berat 180 gram.
ASUS ZenFone Max Pro M2 memiliki baterai besar di dalamnya, yakni 5000mAh. Tapi, beratnya lebih ringan ketimbang Xiaomi Redmi Note 6 Pro (4000mAh) yang bobotnya mencapai 182 gram. Secara desain, ponsel ini dibangun dengan baik dan ringan.
2. Layar
Kelengkapan Asus Zenfone Max Pro. TEMPO/Fajar Januarta
Tampilan layar ZenFone Max Pro M2 secara fisik lebih besar dari pada M1 karena poni layar (notch) yang disematkan. Menariknya, poni ini tidak terlalu makan banyak ruang.
Layar ASUS ZenFone Max Pro M2 berukuran 6.26 inci, 2280x1080, dengan teknologi IPS LCD. Layar ini memiliki rasio aspek 19: 9 dengan warna NTSC 94 persen, rasio kontras 1500: 1, dan kecerahan puncak 450 nits.
Untuk luar ruangan, tampaknya ASUS mengaturnya terlalu "dingin". Itu terlihat dari layar yang tampil sangat kebiruan. Dan saturasinya tampak diatur terlalu tinggi oleh pabrikan. Meski hal itu bisa diatur di fitur Setting, tapi bagi orang yang biasa menggunakan layar OLED akan kaget melihat tingkat kecerahan layar ini.
Masalah lainnya yang ada di fitur layar ialah fitur penyesuaian cahaya latar diaktifkan secara permanen. Fitur yang juga disebut sebagai kontras dinamis ini otomatis meredupkan layar saat menampilkan konten yang lebih gelap. Begitupun sebaliknya.
Mungkin inilah alasan kuat kenapa banyak brand smartphone tidak mengaktifkan fitur ini secara permanen. Sebab, alih-alih berguna, fitur permanen ini malah membahayakan mata. Sebab, mata dituntut untuk menyesuaikan cahaya dengan tiba-tiba.
Tentu, juga sangat menjengkelkan saat menyaksikan film dengan tingkat kecerahan berubah secara dinamis. Semestinya ASUS bisa menyiasati fitur ini agar bekerja dengan lebih halus atau mengganti modenya agar tidak permanen (kalau memang sulit untuk mematikan fitur ini).
Baca juga: 5 Fakta Menarik ASUS ZenFone Max Pro M2
Selanjutnya: User-interface...