TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara menembakkan sedikitnya tiga rudal balistiknya ke udara dari pantai utara negara itu, Senin 9 Maret 2020. Itu adalah kali kedua setelah yang pertama pada Senin pekan sebelumnya, yang meningkatkan ketegangan saat para pemimpin negara di dunia harus memikirkan perang melawan penyebaran wabah virus corona jenis baru, COVID-19.
Rudal ditembakkan secara cepat dan beruntun dari kawasan pantai timur dekat Sondok. Rudal diduga jenis balistik jarak pendek itu melesat sejauh 200 kilometer dan mencapai ketinggian 50 kilometer sebelum jatuh ke laut yang memisahkan Semenanjung Korea dari Jepang.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan menyebut peluncuran peluru-peluru kendali itu sebagai provokasi yang tidak membantu sama sekali terhadap upaya menciptakan perdamaian d Semenanjung Korea. Sedang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebutnya, "Sebuah masalah serius bagi masyarakat internasional."
Rudal terbaru yang diluncurkan Senin diperkirakan serupa dengan rudal balistik jarak pendek KN-25 yang ditembakkan dari peluncur tunggal untuk mengatasi kapal-kapal interseptor. Pada Senin pekan lalu, Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek dari lokasi yang berbeda di kawasan pantai yang sama, tepatnya di Wonsan sekitar 65 kilometer sebelah selatan Sondok.
Sebuah proyektil ditembakkan selama uji coba rudal Korea Utara dalam gambar tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 28 November 2019. [KCNA via REUTERS]
Trump menyatakan menolak berkomentar ataupun bereaksi atas aksi Korea Utara pada Senin pekan lalu--diduga karena rudal yang diuji bukan yang berkemampuan jarak jauh yang mengancam Amerika. Sekalipun peluncuran rudal-rudal itu jelas melanggar resolusi PBB yang melarang negeri itu menembakkan roket balistik jenis apapun.
Di sisi lain, provokasi dilakukan Kim Jong Un seiring dia menghadapi ancaman virus corona di dalam negerinya. Wabah virus itu dinilai bisa dengan mudah 'menelan' negeri itu yang dikenal tak memiliki sistem kesehatan memadai dan miskin. Saat ini, posisinya terjepit di antara dua negara paling banyak terinfeksi virus itu di dunia: Cina dan Korea Selatan.
Tentara Korea Selatan menggunakan pakaian pelindung saat akan menyemprotkan cairan desinfektan setelah mewabahnya virus corona di stasiun Daegu, Korea Selatan, 29 Februari 2020. Yonhap via REUTERS
Sejauh ini hanya diketahui kalau pemerintahan Kim Jong Un telah menutup wilayah perbatasan yang sudah cukup memukul perdagangan dan industri pariwisatanya. Belum ada keterangan soal kasus infeksi virus itu sendiri di dalam Korea Utara.
“Peluncuran rudal-rudal itu jelas caranya untuk bisa tetap mendapat perhatian dan berada dalam radar kita---baik soal negosiasi nuklir maupun wabah virus corona," kata Soo Kim, analis kebijakan di Rand Corp di Washington, Amerika Serikat.
Pemerintah Korea Utara lewat kantor berita resminya hanya menjelaskan kalau negara itu hanya menjalani latihan militer yang telah dimulai sejak 28 Februari lalu. Ini bertepatan dengan setahun usai pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump di Hanoi.
BLOOMBERG | CNN