TEMPO.CO, Seoul - Korea Selatan melaporkan setidaknya 116 orang yang pada awalnya dinyatakan sembuh telah kembali dites positif COVID-19. Jumlah itu melampaui temuan kasus infeksi baru yang sebanyak 25 orang sepanjang Senin 13 April 2020.
Peningkatan pasien yang kembali positif itu telah menimbulkan kekhawatiran di negara yang dianggap berhasil menghambat penyebaran wabah COVID-19 tersebut. Pihak berwenang menyatakan masih menyelidiki penyebab kekambuhan itu.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), Jeong Eun-kyeong, mengatakan virus itu mungkin telah kembali aktif . Bukan pasien yang terinfeksi ulang atau tertular lagi.
Ahli lain mengatakan tes yang salah mungkin juga berperan. Bisa juga sisa-sisa virus mungkin masih ada dalam tubuh pasien tetapi tidak menular atau membahayakan pasien atau orang lain.
Yang jelas, laporan 116 kasus itu lebih dari dua kali lipat dari 51 kasus yang dilaporkan Korea Selatan seminggu sebelumnya. Perkembangan ini menyebabkan para pemimpin pemerintahan meminta warga Korea Selatan untuk terus mengikuti panduan dan pembatasan pada pertemuan sosial.
Korea Selatan telah mengimbau warganya untuk mengikuti jarak sosial yang ketat hingga setidaknya 19 April. Tetapi, karena kasus-kasus menurun dan cuaca membaik, semakin banyak orang yang melanggar kebijakan itu.
Pada pertemuan manajemen bencana Senin, Perdana Menteri Chung Sye-kyun juga mengatakan pemerintah akan segera mencari cara untuk melonggarkan kebijakan itu. "Akhir minggu ini, kami berencana untuk meninjau kampanye jarak sosial dan membahas apakah kami akan beralih ke langkah-langkah keselamatan rutin," katanya.
Staf medis melepaskan pakaian pelindungnya setelah shift kerjanya berakhir di pusat pengujian 'drive-thru' untuk penyakit virus corona COVID-19 di Pusat Medis Universitas Yeungnam di Daegu, Korea Selatan, Selasa, 3 Maret 2020. Fasilitas ini disebut efektif karena dapat menguji banyak orang dalam waktu singkat tanpa harus menimbulkan kerumunan orang, dan ada risiko infeksi yang lebih rendah karena dilakukan di dalam kendaraan pengunjung. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Chung mengingatkan bahwa bahkan ketika pembatasan sudah dilonggarkan, negara itu tidak akan kembali beroperasi seperti sebelum wabah. Pelonggaran jarak sosial dianggap dapat membawa konsekuensi yang tidak dapat diubah, "Dan harus merenungkan secara mendalam tentang kapan dan bagaimana kita beralih ke sistem baru."
Pasien yang sembuh lalu positif lagi dalam kasus COVID-19 juga pernah dilaporkan terjadi di Wuhan, Cina, pada awal bulan ini. Sebanyak 5-10 persen dari pasien yang sudah sembuh dan berada di beberapa fasilitas karantina penampung para pasien COVID-19 usai dipulangkan rumah sakit teruji positif kembali.
Misteri sejumlah kasus itu juga menerbitkan keresahan untuk kemungkinan gelombang kedua wabah di kota pertama yang melaporkan epidemi virus di dunia tersebut.
REUTERS