TEMPO.CO, Bandung - Suara dentuman berulang kali yang terdengar warga Jakarta dan sekitarnya tak berselang lama dari letusan Gunung Anak Krakatau pada akhir pekan lalu masih misterius. Ini berbeda dengan yang pernah terjadi dua tahun lalu.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, Daryono mengungkapkan, dua tahun lalu, suara dentuman bisa diketahui sumbernya yakni berkaitan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang sedang erupsi. Suara didengar Sebagian warga Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
“Kini suara dentuman misterius itu muncul lagi saat Gunung Anak Krakatau juga sedang erupsi,” ujar Daryono, Selasa 14 April 2020.
Dugaan terdekat bahwa dentuman bersumber dari Gunung Anak Krakatau telah dibantah. Alasannya, suara dentuman tidak terdengar di Pasauran (Banten) dan Kalianda (Lampung).
Menurut Daryono, belum ada yang dapat mengungkap penyebab sumber bunyi dentuman terbaru tersebut disertai bukti-bukti ilmiahnya. Sementara sejumlah spekulasi telah disampaikan sejumlah ahli yang berbeda namun dipandang BMKG memiliki kelemahan masing-masing.
Ada yang menduga suara dentuman dari gempa tektonik. Lindu, kata Daryono, memang dapat mengeluarkan bunyi ledakan tapi jika kekuatan atau magnitudonya cukup signifikan dan kedalaman sumber gempanya tergolong sangat dangkal.
“Suara ledakan yang timbul saat gempa biasanya hanya sekali saja saat terjadi deformasi batuan utama, tidak seperti dentuman yang beruntun terus menerus,” ujar Daryono.
Ada yang mengaitkan suara itu mirip peristiwa dentuman gempa Bantul, Yogyakarta 2006. Dalam beberapa kasus, kata dia, gempa Bantul memang menyebabkan timbulnya suara dentuman karena sumbernya dangkal dan dekat zona karst yang bawah permukaannya berongga, sehingga dapat menjadi sumber bunyi jika ada pukulan gelombang seismik.