TEMPO.CO, Palu - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Palu melaporkan hasil analisisnya kalau telah terjadi lebih dari 200 kali gempa di wilayah Sulawesi Tengah sepanjang April-Mei lalu. Beruntung tidak seperti yang terjadi pada September dua tahun lalu yang sampai melahirkan bencana besar, ratusan gempa itu tergolong lemah atau ringan.
Hasil analisis BMKG Geofisika Palu menyebut terjadi 119 kali gempa sepanjang April lalu. Sedang pada Mei terjadi sebanyak 99 kali gempa. Berdasarkan data yang ada, gempa dangkal mendominasi seluruh gempa tersebut, yakni bersumber dari kedalaman 0-70 kilometer.
Iza, staf operasional BMKG Geofisika Palu, mengatakan skala guncangan gempa relatif lemah, antara 2 hingga 4 Skala Richter. Meski begitu, dia menambahkan, dampak gempa tetap diwaspadai karena sumbernya yang dangkal itu. ''Bisa berbahaya juga kalau titiknya di permukiman warga, karena bisa merusak bangunan yang strukturnya tidak baik," katanya, Sabtu 13 Juni 2020.
Berdasarkan distribusinya, gempa dangkal dominan terjadi di lajur sesar-sesar utama. Iza menyebut seperti Sesar Matano, Sesar Palu Koro, Sesar Sausu, dan Sesar Tokararu. ''Ada beberapa sesar di Sulawesi Tengah karena struktur geologinya sangat unik,'' katanya
Gempa dangkal cukup terasa di Kabupaten Banggai pada Kamisi lalu. Kekuatannya 5,1 Magnitudo. "Kedalaman gempa 10 kilometer tapi tidak ada laporan kerusakan,'' katanya.
Sementara itu, gempa darat dangkal juga terjadi di wilayah tetangga, di Tomoni, Sulawesi Selatan, pada Sabtu malam, 13 Juni 2020. BMKG mencatatnya berasal dari sumber di kedalaman tujuh kilometer, kekuatannya 4,2 Magnitudo.
Menurut catatan BMKG pula, gempa hanya dirasakan lemah atau skala III MMI di wilayah setempat.