TEMPO.CO, Jakarta - TikTok, aplikasi media sosial yang sedang banyak digandrungi termasuk oleh lebih dari 100 juta pengguna di Amerika Serikat, tidak akan dijual ke Microsoft ataupun Oracle. Penegasan terbaru itu muncul dalam siaran CGTN--stasiun TV Inggris milik Cina--bahwa ByteDance tidak akan menjual bisnisnya itu dan tidak akan memberikan algoritma dari aplikasi itu kepada perusahaan Amerika Serikat mana pun.
Pada bulan lalu, Microsoft mengkonfirmasi mengejar kesepakatan untuk mengambil alih TikTok di Amerika, termasuk juga di Australia, Kanada dan Selandia Baru. Namun, tawarannya gagal dan membuka pintu bagi Oracle, perusahaan teknologi asal AS lainnya, sebagai pembeli potensial.
Berbagai sumber melaporkan bahwa Oracle sedang mengerjakan kesepakatan yang lebih rumit dengan ByteDance, termasuk menjadi mitra teknologi dan pemangku kepentingan di entitas masing-masing. Namun, CGTN mengungkapkan Cina telah mengeluarkan katalog teknologi yang direvisi yang tunduk pada larangan atau pembatasan ekspor.
Beberapa spesialis berpendapat bahwa ini dilakukan untuk mencegah TikTok dimiliki oleh perusahaan Amerika tanpa mendapatkan lisensi dari pemerintah Cina. CGTN juga mengingatkan bahwa ByteDance menawarkan sejumlah teknologi kecerdasan buatan (AI) dan bidang lain, serta beberapa di antaranya mirip dengan artikel dalam dokumen pemerintah yang direvisi.
Belum ada klarifikasi yang jelas dari ByteDance. Zhang Yiming, CEO ByteDance, hanya menyatakan bahwa perusahaannya sedang mengembangkan solusi yang akan sesuai dengan kepentingan pengguna, pencipta, mitra, dan karyawan.
Sebelumnya, Microsoft mengumumkan penolakan yang dialaminya untuk mengakuisisi operasi TikTok di Amerika Serikat. "ByteDance memberi tahu kami hari ini bahwa mereka tidak akan menjual operasi TikTok AS ke Microsoft," kata Microsoft dalam sebuah pernyataan yang diterima The Verge, Minggu, 13 September 2020.
Microsoft menyatakan keyakinannya kalau proposal yang diajukan baik untuk pengguna TikTok, sekaligus melindungi kepentingan keamanan nasional. Seperti diketahui pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menetapkan tenggat 15 September ini agar TikTok beralih menjadi perusahaan Amerika atau angkat kaki.
Alasan Trump, TikTok telah memberi akses kepada Beijing kepada data pengguna maupun moderasi konten. "Untuk melakukan ini, kami akan membuat perubahan signifikan untuk memastikan layanan memenuhi standar tertinggi untuk keamanan, privasi, keamanan online dan memerangi disinformasi, dan kami menjelaskan prinsip-prinsip ini dalam pernyataan bulan Agustus kami," bunyi pernyataan Microsoft.
Baca juga:
Awas Penipuan Gunakan Tautan Suara di WhatsApp, Belajar dari Kasus di India
Bersamaan dengan itu Beijing menentang penjualan paksa pengoperasi TikTok di Amerika Serikat oleh pemiliknya di Cina, ByteDance. Menurut tiga orang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, Negeri Tirai Bambu itu lebih suka melihat aplikasi video pendek itu ditutup di Amerika dibandingkan menjualnya.
GSMARENA | CGTN | THE VERGE