TEMPO.CO, Jakarta - Tes cepat Covid-19 kembali menjadi buah bibir di tengah masyarakat bersamaan dengan pengetatan lonjakan kasus baru Covid-19 di masa liburan panjang akhir tahun ini. Bedanya kali ini adalah rapid test antigen--bukan antibodi.
Rapid test antigen bekerja dengan cara mendeteksi keberadaan protein spesifik--yang disebut antigen--asal permukaan virus corona Covid-19. Metode ini memang tetap tak mampu melampaui akurasi tes PCR, tapi punya kelebihan, di antaranya, bisa mengidentifikasi bila seseorang sedang di fase puncak infeksi.
Baca juga:
Mencoba Ubah Takdirnya di Tengah Pandemi, Amerika Pilih Rapid Test Antigen
Apa maksudnya? Berikut ini beberapa informasi yang bisa menjelaskan kenapa rapid test jenis ini kini menjadi penting, termasuk seperti apa pengembangannya di Indonesia.
1. Perbandingan dan Cara Kerja
Hingga saat ini, metode tes Covid-19 dibagi menjadi dua kategori. Pertama, tes diagnostik seperti PCR dan antigen. Keduanya bekerja dengan mendeteksi bagian-bagian dari virus.
Kedua, tes antibodi. Tes ini mencari molekul yang biasa dihasilkan tubuh ketika ada infeksi virus. Banyak antibodi butuh beberapa hari berselang dari kedatangan infeksi untuk terbentuk dan sering sekali masih tinggal dalam darah selama beminggu-minggu setelah infeksi berlalu atau sembuh. Jadi tingkat akurasi tes ini terbatas.
Sebaliknya dengan tes PCR sensitivitas tinggi yang hampir 100 persen akurat dalam mendeteksi seseorang terinfeksi virus corona Covid-19 atau tidak. Tapi tes dengan alat ini membutuhkan tenaga profesional, reagen yang spesifik, dan mesin mahal yang butuh berjam-jam untuk mengeluarkan hasilnya.
Baca juga:
Di Balik Gerutu Elon Musk soal Rapid Test Antigen Covid-19
Tes antigen bisa memberi hasil kurang dari 30 menit, tak butuh laboratorium, dan murah. Sama seperti tes PCR, sampelnya diambil dari swab atau usap lendir di hidung maupun tenggorokan. Beberapa perusahaan bahkan mengembangkan cara untuk bisa memeriksa sampel dari air ludah yang lebih memudahkan.