TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia baru saja membukukan kesepakatan pembelian 5 juta dosis vaksin Covid-19 dari Novavax, selain juga dari AstraZeneca dengan jumlah dosis yang sama. Novavax selama ini dianggap sebagai kuda hitam di antara pabrikan farmasi atau perusahaan bioteknologi yang sedang berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 di dunia.
Novavax sendiri pada Senin 28 Desember 2020 mengumumkan dimulainya uji klinis fase 3 atau final di Amerika Serikat dan Meksiko. Perusahaan yang berbasis di Maryland itu sempat dua kali menunda sebelum akhirnya tercatat menjadi yang kelima yang meluncurkan uji klinis vaksin Covid-19 skala besar di Amerika Serikat.
Baca juga:
Hasil Uji Awal Vaksin Covid-19 Novavax Paling Dipuji Ilmuwan
Uji itu didesain untuk mengevaluasi keamanan, efikasi, dan respons imun pada 30 ribu orang berusia 18 tahun atau lebih atas kandidat vaksin berkode NVX-CoV2373. Hasil uji klinis awal (fase 1 dan 2) pada jumlah responden yang terbatas disebut menunjukkan hasil kalau vaksin yang dibuat dengan teknik protein rekombinan itu mampu memprovokasi respons imun cukup tinggi dan aman.
Uji juga ingin melihat apakah vaksin itu mampu mencegah gejala Covid-19 sama baiknya antara gejala yang ringan maupun parah. Seluruh relawan nantinya akan dipantau selama 24 bulan selepas inokulasi atau suntikan dosis yang kedua. Jarak suntikan dosis kedua dari yang pertama adalah 21 hari.
Sebanyak dua pertiga responden akan diberikan suntikan berisi vaksin yang sedang diuji tersebut. Sisanya akan menerima plasebo sebagai alat kontrol. Uji sengaja mengambil lokasi-lokasi yang saat ini melaporkan jumlah kasus Covid-19 tinggi untuk bisa menunjukkan efikasi yang lebih jelas.
Novavax menyatakan berencana menghimpun sedikitnya 25 persen dari para relawannya berusia 65 tahun atau lebih (lansia), sedikitnya 15 persen berkulit hitam, 10-20 persen dari Latin, dan 1-2 persen berdarah Indian-Amerika.
"Dengan pandemi Covid-19 yang masih mencengkeram, uji ini menjadi langkah kritikal dalam membangun protofolio vaksin yang efektif dan aman untuk melindungi populasi dunia," kata Stanley C. Erck, Presiden dan CEO Novavax, dalam keterangan tertulis.
Baca juga:
Laporan Kedua Uji Klinis Vaksin Sinovac di Bandung Rampung Akhir Desember Ini
Novavax mendapat hibah $1,6 miliar atau setara Rp 24 triliun dari program percepatan riset vaksin Covid-19 yang disediakan Pemerintahan Presiden Donald Trump, Operation Warp Speed. Dengan dana itu pula Novavax juga melakukan uji klinis fase 3 di Inggris, fase 2b di Afrika Selatan, dan lanjutan fase 1/2 di AS dan Australia.
Uji di Inggris telah dirampungkan hingga pemberian dosis kedua pada akhir November lalu. Data dari lokasi ini rencananya akan digunakan untuk mendapatkan izin penggunaan vaksinya di Inggris dan Uni Eropa. Data itu diharapkan sudah didapat paling cepat pada awal kuartal pertama 2021.
Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Novavax sementara ini tertinggal dari Pfizer/BioNTech dan Moderna yang telah mengantongi izin penggunaan darurat dari FDA Amerika Serikat. Tapi, jika terbukti sama, vaksin cukup aman dan efektif, Novavax akan lebih diuntungkan karena vaksin yang dikembangkannya tidak perlu penyimpanan suhu beku atau ultra-dingin.
Sementara itu, di Amerika juga, AstraZeneca/Oxford masih di tengah uji klinis fase 3 setelah memulainya September lalu. Satu lagi, Johnson & Johnson, yang menguji vaksin Covid-19 dosis tunggal berharap menuai data efikasi pada Januari atau Februari.
Baca juga:
Vaksin Covid-19 dari Cina Klaim Efikasi 79 Persen, Simak 2 Catatannya
Selain dengan Indonesia, Novavax juga sudah mendapat kontrak pembelian 76 juta dosis yang akan dikirim ke Kanada begitu vaksinnya teruji aman dan efektif. Novavax juga akan menyediakan 60 juta dosis untuk Inggris dan 100 juta dosis harus dialokasikan di Amerika.
CNN | FT | GLOBALNEWS