"Sementara investigasi masih berjalan, EMA saat ini tetap pada pandangan kalau manfaaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah Covid-19, dengan risiko terkaitnya yakni rawat inap dan kematian, lebih penting daripada risiko efek samping," bunyi pernyataan EMA.
Terhadap kejadian pembekuan darah, EMA menegaskan belum menemukan indikasi keterkaitannya dengan pemberian dosis vaksin. "Kejadian itu tidak muncul dalam uji klinisnya dan gejala itu tidak ada dalam daftar kejadian ikutan yang diketahui maupun diharapkan dari vaksin ini," kata Direktur Eksekutif EMA, Emer Cooke, Selasa.
Hingga saat ini sudah lebih dari 17 juta dosis vaksin AstraZeneca yang telah didistribusikan kepada warga di Eropa. Sebagian besar, lebih dari 11 juta dosis, di Inggris--negara yang masih membela penggunaan vaksin ini.
Dari 17 juta dosis yang sudah dibagikan itu, AstraZeneca menyatakan melakukan kajian secara hati-hati dan menemukan 'tidak ada bukti' kaitannya dengan penggumpalan darah. Memang ada dicatat 15 kejadian deep vein thrombosis (DVT) dan 22 kejadian pulmonary embolism yang dilaporkan pasca-vaksinasi, tapi itu disebut lebih rendah daripada angka kejadian kasusnya yang mungkin muncul secara alami dalam populasi sebesar itu.
Di Inggris, yang sudah menggunakan lebih dari 11 juta dosis, otoritas kesehatannya pada awal bulan ini juga telah menunjukkan dampak signifikan pengurangan kasus aktif Covid-19. Satu dosis vaksin yang sudah dibagikan terhitung mengurangi kasus aktif (rawat inap rumah sakit) lebih dari 80 persen pada orang-orang berusia lebih dari 80 tahun. Vaksin ini diberikan dua dosis.
Baca juga:
Vaksinasi Gunakan Vaksin Covid-19 AstraZeneca Sepi Peminat di Jerman
Sebelumnya, pada Kamis pekan lalu, otoritas kesehatan Denmark menerangkan bahwa satu warganya, diketahui memiliki kombinasi gejala Covid-19 yang tidak biasa sebelum akhirnya meninggal. Warga itu, seorang perempuan berusia 60 tahun, adalah peserta vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca.