TEMPO.CO, Bandung - Alat pendeteksi petir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menangkap tujuh sambaran petir di sekitar waktu kilang Pertamina Balongan meledak dan terbakar. Namun dari semua petir itu nihil yang menyambar di Balongan.
"Ini sensornya di Bandung dan ada yang meragukan,” kata Rahmat Triyono, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG yang dihubungi Selasa, 6 April 2021.
Baca juga:
Dua Peneliti Ini Catat Aktivitas Petir Saat Kebakaran Kilang Pertamina Balongan
Kebakaran kilang Pertamina Balongan di Indramayu, Jawa Barat, bermula pada Senin dinihari, 29 Maret 2021, sekitar pukul 00.45 WIB. Pernyataan awal Pertamina menyebut dugaan sambaran petir sebagai penyebabnya. Belakangan dua peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) meyakini yang sama menurut data dan analisanya masing-masing.
Adapun BMKG berkukuh pada datanya sendiri. Rahmat menguraikan catatan sambaran petir di sekitaran Balongan pada kurun 00.00-02.00 WIB yang isinya menyebut ada dua sambaran dan itu di Laut Jawa. Sambaran petir pertama pada pukul 00:19:22 WIB di arah timur laut Balongan sejauh 32,8 kilometer (titik koordinat -6.125; 108.545).
"Sambaran kedua pada pukul 01:48:26 WIB di arah barat laut Balongan sejauh 34,8 kilometer (-6.165; 108.162)," kata Rahmat.
Adapun lima kejadian petir lainnya tercatat dari pukul 20.00-24.00 WIB, hari sebelumnya. Sebanyak empat petir menyambar di darat, satu lainnya dekat pantai utara, dengan jarak terdekat dari Balongan yakni 9,9 kilometer. Sambaran petir itu terekam pada pukul 23.26 WIB.
Peta Sambaran Petir tanggal 29 Maret 2021 pukul 00:00-02:00 WIB, dimana kotak merah menunjukkan waktu kejadian, kordinat lokasi dan jarak terhadap lokasi kilang minyak. Foto/Sumber BMKG
"Selebihnya berjarak belasan kilometer dari Balongan," kata Rahmat sambil menambahkan sebaran lokasi sambaran lima petir antara kuadran sebelah barat hingga utara Balongan.
Rahmat mengatakan, tangkapan kejadian petir di sekitar Balongan itu diperoleh BMKG dari detektor yang dipasang di Stasiun Geofisika Bandung. “Kalau di Indramayu jaraknya sekitar 90-an kilometer dari Bandung artinya sudah pasti terjangkau,” ujarnya.
Dia menyatakan itu untuk membantah penilaian bahwa detektor petir BMKG tidak akurat. Lightning Detector BMKG, diyakinkannya, mampu mendeteksi dan melokalisir dengan baik lokasi sambaran petir. Pun dengan titik koordinat lintang dan bujur, waktu sambaran, sampai besaran arus listriknya.
Peta Sambaran Petir tanggal 28 Maret 2021 pukul 20:00-24:00 WIB, dimana kotak merah menunjukkan waktu kejadian, kordinat lokasi dan jarak terhadap lokasi kilang minyak. Foto/Sumber BMKG
"Seluruhnya ada 56 detektor petir yang dipasang BMKG. Jangkauan deteksinya sampai 300 kilometer dengan jarak efektif 200 kilometer," kata Rahmat. Pemasangan alat-alat itu di Stasiun Geofisika atau kantor BMKG di berbagai daerah. “Sendiri-sendiri (alatnya) tapi saling menutupi jarak jangkauannya.”
Baca juga:
Siklon Tropis Ancam Indonesia dari Selatan dan Utara, Simak Penjelasannya
Dia memberi ilustrasi tangkapan petir di Indramayu yang tertangkap alat di Bandung, tidak terdeteksi alat serupa di Banjarnegara. Sementara data alat di Jakarta dan Tangerang akan menyusul dibuka BMKG.
CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Rabu 7 April 2021, pukul 10.07 WIB, dengan menambahkan peta-peta sambaran petir dari BMKG.