TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya tiga kapal bermisi penyelamatan kapal selam telah bergerak dari tiga negara untuk membantu mencari dan menyelamatkan KRI Nanggla-402 di perairan Bali. Mereka masing-masing bertolak dari pangkalannya di Singapura, Malaysia, dan India.
Kehadiran mereka sangat ditunggu untuk kemampuan menyelamnya untuk melakukan operasi penyelamatan di dasar laut dalam. Ini kemampuan yang masih alpa di antara armada kapal perang dan riset di tanah air.
Seperti dituturkan Yuyu Wahyu, peneliti utama bidang elektronika dan telekomunikasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), "Kalau sonar kita sudah menemukannya (kapal selam KRI Nanggala), tinggal bagaimana masuk ke dalam (laut)." Dia merujuk kepada tingkat kemampuan kapal-kapal perang dan riset di tanah air.
Atas kondisi itu, maklumlah kalau TNI menjadi berharap banyak kepada bala bantuan dari negara-negara tetangga segera hadir di lokasi. Berikut kapal-kapal tersebut dan perlengkapan khusus yang dimilikinya untuk mendukung operasi penyelamatan kapal selam yang dimiliki.
Sebagai catatan, mereka belum termasuk kapal kelas frigat Australia, Ballarat, yang membantu pencarian dengan peralatan sonarnya dan pesawat surveillance Amerika Serikat, P-8 Poseidon.
MV Swift Rescue - Singapura
Telah lepas jangkar Rabu sore lalu dan diharapkan sampai perairan Bali Jumat sore atau malam ini, 23 April 2021.
Kapal sepanjang 85 meter ini tercakup di dalamnya sebuah Submarine Rescue Vehicle (SRV) bernama Deep Search and Rescue Six (DSAR 6). Pengoperasian DSAR 6 terintegrasi dengan Submarine Support and Rescue Vessel (SSRV). Mereka yang akan diturunkan ke dalam laut, hingga kedalaman 500 meter, setelah sebuah wahana robot yang dikendalikan dari jauh alias Remotely Operated Vehicle (ROV) mendapati lokasi kapal selam.
ROV juga akan berperan membersihkan puing yang ada di sekitar lokasi untuk operasi penyelamatan oleh DSAR 6. Ada pula fasilitas ruangan Transfer Under Pressure terinstal di SSRV yang dapat menampung sampai maksimum 40 orang. Di sini tersedia fasilitas kesehatan dan memungkinkan transfer para korban dari DSAR 6 ke MV Swift Rescue di permukaan.
MV Swift Rescue. marinetraffic.com
Di permukaan laut pula, sebuah crane yang ada di dek kapal serta dua sekoci berkapasitas masing-masing 50 orang dan sebuah perahu cepat juga siap sedia pada gilirannya. Seluruh sistem operasi di kapal dan di bawah laut dipantau dan dilacak oleh Integrated Navigation & Tracking System.
MV Mega Bakti - Malaysia
Kapal ini telah bertolak dari pangkalan Angkatan Laut Kerajaan Malaysia di Kota Kinabalu pada Kamis pagi lalu. Dijadwalkan, kapal ini tiba di perairan Bali pada Minggu sore.
Kapal ini memiliki panjang 80 meter dan baru dioperasikan 2013 oleh Angkatan Laut Kerajaan Malaysia. Kapal ini multifungsi penyelamatan kapal selam, latihan intervensi penyelamatan, serta operasi dan instalasi di dasar laut.
MV Mega Bakti atau Bakti Jaya ini memiliki double lock decompression chamber (DDC) dan jaringan sistem pelacak berbasis GPS terapung yang cerdas, serta sebuah ROV dengan kabel. Kemampuan menyelam ROV sampai kedalaman 400 meter. ROV didesain untuk membantu menyingkirkan penghalang pada lubang penyelamatan diri kru kapal selam yang 'mogok' di dasar laut , mengambil foto dan video, serta mengirim pod berisi kebutuhan darurat untuk kru kapal selam yang terjebak.
Kapal penyelamat MV Mega Bakti milik Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM).[Twitter @RMN_Subs]
Mega Bakti menyediakan 12 pod yang tahan tekanan di bawah laut sampai 65 bar. Sedang jaringan GPS terapungnya digunakan untuk mendeteksi posisi kapal selam yang karam dengan jangkauan deteksi sampai 1.000 meter.
ROV juga bisa menginstal sistem ventilasi dan normalisasi tekanan di kapal selam yang dituju untuk memasok udara bersih dan menguras udara tercemar. Sistem ini telah digunakan Angkatan Laut Prancis dan dilakukan pada kedalaman sampai 250 meter.
Adapun DDC digunakan untuk merawat kru kapal selam dari decompression sickness (DCI). Mega Bakti memiliki 2 unit DDC yang mampu merawat 6 paseien di tiap unit.
Sistem telepon portabel bawah air juga digunakan untuk komunikasi dari dasar laut dengan Mega Bakti di permukaan. Mega Bakti memiliki pula dua perahu cepat untuk mendukung operasi penyelamatan.
Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV) - India
Kapal ini juga telah dibawa berlayar menuju Indonesia pada Kamis lalu dari pangkalan Angkatan Laut di Visakhapatnam. Tak ada perkiraan waktu sampainya di perairan Bali. Tapi, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh lewat akun resminya di media sosial Twitter, telah menginstruksikan Angkatan Udara India untuk lebih dulu mengukur kemungkinan operasi DSRV di lokasi.
Indian Navy Deep Submergence Rescue Vessel (DSRV). Indian Ministry of Defence Photo/usni.org
Sistem di DSRV terdiri dari, di antaranya, sebuah Submarine Rescue Vessel, sebuah ROV, dan Side Scan Sonar. Wahana ini juga dilengkapi Diver Decompression Chambers dan fasilitas medis hiperbarik untuk dekompresi kru kapal selam setelah berhasil diselamatkan dar dasar laut.
Sistem DSRV bisa dengan cepat dimobilisasi dari udara ataupun darat sehingga operasi penyelamatan kapal selam bisa dilakukan dari jarak yang jauh.
NAVAL-TECHNOLOGY |US NAVAL INSTITUTE | INDIANNAVY | SMH
Baca juga:
Ini Sebab Singapura Bergerak Cari Kapal Selam KRI Nanggala