TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG merilis pernyataan berisi empat poin penjelasan menanggapi reaksi atas sosialisasi potensi gempa bermagnitudo 8,7 di laut selatan Jawa Timur. Potensi gempa itu disimulasikan melalui pemodelan matematis memicu tsunami hingga yang tertinggi 29 meter.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan langsung hasil pemodelan dalam sebuah webinar pada 28 Mei 2021. “Potensi tsunami dengan tinggi maksimum itu sampai 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek. Sedang waktu tiba tercepat itu 20-24 menit di Kabupaten Blitar,” ujar Dwikorita saat itu.
Menurut BMKG, penjelasannya ini merespons reaksi kekhawatiran masyarakat yang justru datang mendominasi. Dalam sejumlah kesempatan pejabat BMKG berusaha meyakinkan kalau reaksi yang lebih diharapkan adalah upaya mitigasi dari potensi bencana itu. Selain juga menekankan potensi bukanlah prediksi yang sudah jelas kapan akan terjadi.
Berikut adalah isi empat poin penjelasan BMKG selengkapnya, yang dibuat 5 Juni 2021 dan dikutip dari situs web resmi BMKG,
1. Indonesia sebagai wilayah yang aktif dan rawan gempa bumi memiliki potensi gempa bumi yang dapat terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan (magnitudo).
2. Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi.
3. Berdasarkan hasil kajian dan pemodelan para ahli yang disampaikan pada diskusi bertajuk "Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur", zona lempeng selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8,7. Tetapi ini adalah potensi bukan prediksi yg pasti, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu. Untuk itu kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural dengan membangun bangunan aman gempa dan tsunami. Pemerintah Daerah dengan dukungan pemerintah pusat dan swasta menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai, BPBD memastikan sistem peringatan dini di daerah rawan beroperasi/terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam tiap hari untuk meneruskan peringatan dini dari BMKG, pemerintah daerah dengan pusat melakukan penataan tata ruang pantai rawan agar aman dari bahaya tsunami dengan menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai zona sempadan untuk pertahanan terhadap gelombang tsunami dan abrasi. Pemerintah daerah dengan pihak terkait perlu membangun kapasitas masyarakat/edukasi masyarakat untuk melakukan response penyelamatan diri secara tepat saat terjadi gempabumi dan tsunami.
4. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apabila ingin mengetahui lebih jelas info ini dapat menghubungi Call Center 196, contact 021-6546316 atau witus web resmi BMKG dan terus monitor aplikasi mobile phone INFO BMKG.
Baca juga:
Studi ITB: Gempa Selatan Jawa Bisa Bisa Picu Tsunami 20 Meter