TEMPO.CO, Madiun - PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA menggandeng Universitas Brawijaya mengembangkan lima jenis prototipe reefer container atau peti pendingin. Masing-masing dengan kapasitas berbeda yakni 1 ton, 2 ton, 5 ton, 20 feet, dan 40 feet disesuaikan dengan standar kebutuhan pengapalan internasional.
"Kami targetkan Desember selesai standardisasi dan uji sertifikasi agar Januari 2022 sudah dapat diproduksi massal," kata Direktur Utama PT INKA, Budi Noviantoro, Jumat 24 September 2021.
Budi mengungkapkan INKA sengaja didorongnya untuk menciptakan peti pendingin yang berkualitas. Alasannya, untuk menjawab kebutuhan transportasi hasil ikan laut yang selama ini hanya menggunakan es untuk pendinginannya.
Pada prototipe teknologi peti kemas berpendingin yang dikembangkannya, INKA memanfaatkan sistem hibrida sel surya, baterai, dan generator sebagai power suplai. "Agar nelayan tidak bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM)," kata Budi.
Sedangkan bodi peti menggunakan polyurethane foam dengan kerangka kontruksi dari stainless steel yang mampu menjaga temperatur hingga minus 22 derajat Celsius. Prototipe dari desain itu baru saja menjalani uji di Pelabuhan Tamperan, Pacitan, Jawa Timur, pada Kamis 23 September 2021.
"Nanti uji endurance dibuat sampai ke laut. Saya harapkan, secara teori prototipe ini sudah bisa digunakan," kata Budi lagi. Dia menjelaskan, teknik rekayasa melakukan uji statis ketahanan untuk menakar kualitas dan kinerja sistem automatisasi serta ketahanan dalam menghadapi guncangan gelombang laut.
Dalam keterangan terpisah, General Manager PT INKA Junaidi menyatakan pembuatan reefer container telah disesuaikan juga dengan ketentuan konten lokal 71 persen dari Kementerian Perindustrian. "Produksi reefer container ini mampu berkontribusi terhadap gencarnya Gerakan Bangga Buatan Indonesia," katanya.
Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Amalyos Chan, memuji inovasi dari PT INKA tersebut. Kementerian, kata Amalyos, akan mengawal sertifikasi dan pengembangan produknya secara massal. "Potensi laut kita sangat besar. Terima kasih PT INKA yang telah menciptakan inovasi ini," ujar dia.
Baca juga:
Indonesia Mau Bikin Kereta Cepat Sendiri, Kecepatan Maksimal 220-230 Km/jam