TEMPO.CO, Jakarta - Temuan perairan Pantai Jakarta tercemar zat aktif obat pereda nyeri dan penurun panas, parasetamol, menggemparkan publik tanah air. Penelitian yang dilakukan pada akhir 2018 itu baru viral saat ini setelah laporannya dipublikasikan Agustus lalu. Tim penelitinya berasal dari Indonesia yakni Pusat Penelitian Oseanografi dan Inggris dari University of Brighton.
Seperti disebutkan pemerintah DKI Jakarta, menanggapi hasil temuan itu, polutan parasetamol selama ini tak dikenal sebagai indikator kualitas air. Meski begitu, ini bukan penelitian pertama yang menemukan adanya pencemaran dari sumber itu.
Penelitian yang dilakukan tim dari University of Plymouth, Inggris, pernah mengambil sampel perairan sungai di Nairobi, Kenya, dan mendapati sumber pencemaran sejenis. Mereka menemukan kadar tinggi zat aktif dalam farmasi, termasuk parasetamol, kafein, sulfamethoxazole dan trimethoprim, dalam air sungai itu hingga alirannya yang sejauh 75 kilometer dari pusat kota Nairobi.
Hasil penelitian dari Nairobi dipublikasi dalam jurnal Science of The Total Environment edisi 10 Februari 2020. Di sana disebutkan, kadar pencemarannya yang tertinggi sampai seribu kali lipat dibandingkan yang ditemukan di sungai-sungai di Inggris.
Adapun sumbernya diidentifikasi dari limbah air tak terolah di permukiman-permukiman informal dan kawasan industri di Nairobi di mana produksi obat berlokasi' Selain itu juga sebuah tempat pembuangan akhir besar, dan limbah penggunaan obat veteriner dari kawasan pertanian di hulu sungai.
Di Filipina, lembaga Philippine Society of Clinical and Occupational Toxicology (PSCOT) dan kelompok penggiat lingkungan di negara setempat, EcoWaste Coalition, pernah memperingatkan bahaya parasetamol di antara bahan-bahan rumah tangga yang bisa meracuni anak-anak. Kasus keracunannya, mereka mengutip data dari National Poison Management and Control Center (NPMCC), meningkat sepanjang 2020 lalu.
Secara khusus, alkohol dan parasetamol disebutkan telah menjadi kebutuhan penting dalam rumah tangga saat pandemi Covid-19. Tapi, sekalipun bermanfaat, kedua lembaga meminta setiap keluarga menyadari potensi bahaya dalam rumah tangga maupun komunitas jika bahan-bahan itu tertelan, terisap, atau terserap terutama oleh anak-anak.
“Orang-orang dapat dengan mudah terdampak oleh racun yang menyebar cepat di udara, air ataupun sumber makanan,” kata mereka seperti dikutip dari PHILSTAR yang terbit Juni lalu.
Baca juga:
Virus Paling Mirip SARS-CoV-2 Ditemukan di Gua di Laos