Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI menggandeng perusahaan teknologi kesehatan alias healthtech PrimaKu untuk membuat aplikasi memantau tumbuh kembang anak. Melalui platform ini, orang tua nantinya bakal dapat mengetahui kecukupan gizi anak sejak lahir dengan lebih mudah sehingga dapat mencegah stunting alias gizi buruk.
"Kehadiran teknologi ini akan memberi peluang besar dalam mempercepat dan memperluas akses layanan kesehatan anak bagi masyarakat," ujar Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam keterangannya, Jumat, 5 November 2021.
Selain mempermudah orang tua memonitor kesehatan anak, Piprim mengatakan, aplikasi pada smartphone ini dapat membuka akses terhadap tenaga medis dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan anak dengan mudah. Pencetus ide ini, dokter Aman Bhakti Pulungan, bahkan mengklaim orang tua juga dapat berkonsultasi langsung dengan spesialis anak di aplikasi ini.
Muhammad Aditriya Indraputra, Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) PT Cipta Medika Informasi mengatakan, PrimaKu merupakan pionir aplikasi berbasis healthtech parentry di Indonesia. Dijelaskannya, orang tua dapat mengisi data medis anaknya dan juga rekomendasi dari dokter spesialis anak mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir melalui aplikasi ini.
Ia mencontohkan, dengan memasukkan data tentang badan, berat badan, dan lingkar kepala, orangtua dapat mengetahui apakah tinggi, berat, dan lingkar kepala anak normal atau tidak sesuai usia dan jenis kelaminnya. "Data rekam medis tersebut akan terangkum menjadi satu grafik yang sangat mudah dipahami," kata Aditriya.
Dalam aplikasi itu juga menghadirkan jadwal imunisasi, artikel kesehatan anak, konsultasi dengan dokter anak secara online, hingga berdiskusi dengan komunitas yang bergabung. Aplikasi ini sekaligus dapat menjadi alternatif pengganti buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) bagi para ibu yang baru melahirkan.
Menurut data Profil Kesehatan Ibu dan Anak pada tahun 2020, tercatat bahwa tingkat prevalensi stunting pada anak balita Indonesia 2019 sebesar 27,67 persen. Padahal dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah Indonesia menargetkan prevalensi stunting anak balita sebesar 14,00 persen pada 2024.
Data yang sama mencatat persentase anak umur 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap pada 2020 baru mencapai 57,17 persen. Hal ini patut menjadi perhatian karena menjadi implikasi negatif di saat Indonesia telah menerapkan 1000 hari pertama kehidupan sejak 2010 setelah Gerakan Scalling-up Nutrition di tingkat global.
Baca juga:
Gempa Lagi Setelah Seminggu Jeda di Ambarawa, Ini Catatan BMKG
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.