TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini ramai diperbincangkan soal potensi logam tanah jarang (rare earth) di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Keberadaan logam tanah jarang juga disebut-sebut sebagai harta karun lumpur Lapindo.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono, mengungkapkan kajian pernah dilakukan terhadap lumpur Lapindo mengandung logam tanah jarang. Ia menyebutkan logam tanah jarang merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik.
Apa itu logam tanah jarang?
Melansir dari laman americangeosciences.org, logam tanah jarang merupakan sebuah elemen yang terdiri dari 17 unsur logam. Logam tanah jarang memiliki lima belas lantanida pada tabel periodek ditambah dengan itrium dan skandium. Dalam istilah ilmiah, logam tanah jarang disebut Rare Earth Elements (REE).
Logam tanah jarang dikategorikan menjadi unsur ringan (lanthanum sampai samarium) dan unsur berat (europium dan lutetium). Secara kimia, logam tanah jarang adalah agen pereduksi kuat. Senyawa mereka umumnya ionik dan menunjukkan titik leleh dan titik didih yang tinggi. Logam tanah jarang bereaksi dengan unsur-unsur logam dan non-logam lainnya untuk membentuk senyawa yang masing-masing memiliki perilaku kimia tertentu.
Secara geologis, unsur logam tanah jarang tidak terlalu langka. Unsurnya bisa ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia dengan beberapa elemen di kerak bumi seperti tembaga dan timah. Namun, logam tanah jarang tidak pernah ditemukan dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Biasanya ditemukan bercampur satu sama lain dengan unsur radioaktif.
Kegunaan logam tanah jarang
Mengutip dari lynasrareearths.com, kandungan senyawa yang terkandung dalam logam tanah jarang membuat mereka sangat diperlukan bahkan tidak tergantikan dalam banyak aplikasi elektronik, magnetik, optik, dan katalitik.
Senyawa logam tanah jarang biasanya berpendar di bawah sinar ultraviolet yang membantu mengidentifikasi mereka. Logam tanah jarang juga bereaksi dengan air atau asam encer untuk menghasilkan hidrogen.
Beberapa produk yang menggunakan logam tanah jarang sebagai komponennya seperti smartphone, harddrive komputer, dan turbin angin. Selain itu, unsur logam tanah jarang juga digunakan dalam militer, seperti tampilan elektronik, sistem radar, dan sonar. Jumlah logam tanah jarang yang terkandung beragam. Bisa banyak dan ada yang lebih sedikit.
Sejarah logam tanah jarang
Logam tanah jarang atau rare earth ditemukan dari sebuah batu hitam saat penggalian tambang oleh seorang penambang di Ytterby, Swedia, pada 1788. Disebut “rare” atau langka karena belum pernah ditemukan sebelumnya. Sedangkan “earth” atau bumi adalah istilah geogelogis abad 18 untuk batuan yang dapat larut dalam asam.
Melansir dari ugrg.ft.ugm.ac.id, para ahli kimia dan mineralogi akhirnya mampu meneliti dan mengidentifikasi sejumlah 14 unsur REE pada abad ke 19. Lalu pada 1907, penemuan unsur lutetium dan promethium menutup sejarah penemuan logam tanah jarang. Kedua unsur itu merupakan unsur terakhir yang ditemukan.
Mengapa logam tanah jarang berharga?
Dengan pesatnya kemajuan teknologi, maka logam tanah jarang merupakan material yang banyak dicari. Meskipun logam tanah jarang tidak hanya ada di satu wilayah dan mudah dijangkau pada permukaan bumi.
Produksi logam tanah jarang didominasi oleh Cina pada 2008. Tahun berikutnya, Cina memonopoli produksi logam tanah jarang global sampai 97 persen. Hal inilah membuat dunia khawatir yang disebut sebagai Rare Earth Crisis. Sejak saat itu, Cina mulai mengubah regulasi logam tanah jarang. Mereka membatasi ekspor hingga mengatur jumlah logam tanah jarang yang akan dijual keluar.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: Ditemukan di Lumpur Lapindo, Ini Beragam Manfaat Logam Tanah Jarang