TEMPO.CO, Jakarta - Cina masih bersikukuh dengan kebijakannya menerapkan strategi zero-covid sekalipun terus mencatat rekor kemunculan kasus baru Covid-19 di dalam negerinya. Pada Jumat-Sabtu, 25-26 Maret 2022, rekor yang tercipta adalah penambahan sebanyak 4.988 dan 5.134 kasus baru. Itupun hanya yang bergejala karena pemerintah Cina mencatat berbeda kasus positif Covid-19 yang tanpa gejala.
Meledaknya kasus infeksi oleh virus varian Omicron, varian yang memiliki kemampuan menular dengan cepat, telah membuat semakin banyak provinsi di Cina memberlakukan aneka pembatasan kegiatan masyarakatnya. Bedanya, pemberlakuan kali ini dibarengi mulai berkembangnya resistensi dari penduduk lokal terhadap aplikasi strategi zero-covid tersebut, terutama setelah seorang perawat di Shanghai meninggal karena serangan asma saat rumah sakit harus ditutup untuk disinfeksi Covid-19 pada Rabu pekan lalu.
Kematian perawat di Shanghai mengingatkan kepada peristiwa di Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi, pada tahun lalu. Saat itu, angka kematian di Xi'an ikut disumbang oleh kasus sejumlah orang yang tak bisa mengakses layanan kesehatan dan akhirnya meninggal gara-gara pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakatnya yang dinilai terlalu keras. "Saya tidak takut virus corona. Yang saya takutkan adalah tak bisa mendapatkan perawatan dari sakit yang lain," kata seorang warga Shanghai di Weibo.
Pada hari kematian perawat itu, topik 'Kenapa Cina tidak dapat mencabut pembatasan-pembatasan seperti yang sudah dilakukan banyak negara lain?' sempat ramai diperbincangkan di Weibo.
Shanghai, kota berpenduduk 25 juta jiwa, melaporkan rekor penambahan 1.609 dan 3.450 kasus baru Covid-19 pada Jumat-Sabtu lalu. Benar saja, Shanghai pun hari ini, Senin 28 Maret 2022, telah diumumkan di-lockdown meski dilakukan dalam dua tahap. Otoritas kesehatan di Cina bersikukuh dengan strategi zero-covid--yang sukses menekan SARS-CoV-2 di negara awal penyebarannya tersebut, sebelum varian Omicron muncul.
"Hanya dengan menerapkan zero-Covid yang dinamis kita dapat mengeliminasi bahaya yang tersembunyi dari epidemi, menghindari lumpuhnya rumah sakit yang bisa terjadi oleh membeludaknya pasien terinfeksi dan mencegah sejumlah besar kematian lansia atau mereka yang memiliki komorbid," kata Wu Zunyou dari Pusat Pengendalian Penyakit Cina.
NEW SCIENTIST, THE GUARDIAN
CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Senin 28 Maret 2022, Pukul 13.10 WIB, untuk menambahkan keterangan tagar di Weibo mempertanyakan zero-Covid. Terima kasih.
Baca juga:
Studi di Italia: Gejala Long-Covid Bisa Berbeda Menurut Varian Virusnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.