TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik Tesla sekaligus orang terkaya di dunia saat ini, Elon Musk, resmi membeli Twitter dengan harga 44 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan 634 triliun rupiah. Rencana Elon Musk untuk membeli Twitter telah santer diberitakan sejak dulu.
Meskipun kabar pembelian Twitter oleh Elon Musk telah bergulir sejak lama, banyak orang yang bertanya dan menebak apa yang akan terjadi setelah Twitter dibeli olehnya.
Dilansir dari newyorker.com, alasan Elon Musk untuk membeli Twitter adalah kebebasan berpendapat. Menurut dia, Twitter memiliki potensi yang luar biasa untuk membuat orang-orang makin bebas berpendapat. Namun, kata dia, potensi kebebasan berpendapat tersebut kini kian luntur.
Lunturnya potensi kebebasan berpendapat ini, menurut Elon, dapat diamati dari banyaknya fenomena hapus atau ban akun-akun Twitter tertentu.
Meskipun meredam potensi konflik, menurut Elon sebagaimana dilansir dari independent.co.uk, fenomena tersebut membuat ruang-ruang kebebasan berpendapat di Twitter makin menipis.
Berbagai upaya akan dilakukan oleh Elon untuk mendorong kebebasan berpendapat di Twitter ini. Salah satu upaya tersebut, sebagaimana dilansir dari businessinsider.in, adalah mengubah kedudukan Twitter dari perusahaan publik menjadi perusahaan privat.
Hal ini membuat Twitter lebih bebas dan independen. Sebab, seperti dilansir dari hitc.com, pemilik perusahaan privat memiliki kuasa penuh dan bebas melakukan apa pun terhadap perusahaannya.
Kondisi ini berbeda dengan Twitter ketika masih menjadi perusahaan publik. Segala keputusan yang dibuat dalam perusahaan publik harus didiskusikan matang-matang dengan seluruh pemegang saham terlebih dahulu.
BANGKIT ADHI WIGUNA