TEMPO.CO, Jakarta - Berendam air panas setelah gym berlebihan berpengaruh negatif pada kesuburan pria. Hal ini dipaparkan oleh Dody Taruna dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor di Universitas Airlangga (UNAIR) pada Senin, 24 April 2022. Landasan penelitiannya adalah saat ini tren berendam dengan air hangat setelah melakukan olahraga berat seperti gym sedang populer.
“Karena kebanyakan orang menyebutkan dampak positifnya seperti relaksasi. Kami ingin tahu, apakah ini benar memberikan kenyamanan. Setelah kami teliti, ternyata bukan memberikan kenyamanan, malah memberikan dampak negatif jangka panjang yang berkaitan dengan kesuburan organ reproduksi,” katanya seperti dikutip di laman resmi UNAIR pada Kamis, 28 April 2022.
Dalam disertasi tersebut, Dody menggunakan 44 ekor tikus sebagai objek penelitian. Tikus tersebut terbagi menjadi empat kelompok. Kelompok kontrol (kelompok K0), kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan olahraga tetapi mendapat paparan panas pada akhir minggu ke-4 (kelompok K1), kelompok yang mendapat intensitas tinggi perlakuan olahraga dan paparan panas pada akhir minggu ke-4 (kelompok K2), kelompok yang menerima perawatan dengan olahraga intensitas tinggi tanpa paparan panas di akhir minggu ke-4 (K3).
Terdapat perbedaan kadar HIF-1α, testosteron, TNFα pada tikus putih jantan yang terkena panas setelah olahraga dibandingkan dengan tikus putih jantan yang tidak terkena panas setelah melakukan olahraga. Sedangkan kadarnya tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas HSP-70, SOD, MDA, dan spermatozoa.
Analisis menggunakan SEM-PLS, signifikan didapatkan hasil dari aktivitas fisik terhadap kadar TNFα (p=0,001), aktivitas fisik terhadap MDA level (p=0,043), aktivitas fisik hingga level SOD (p=0,017), dan level SOD hingga level MDA(p=0,001).
Setelah 72 jam, mencit tersebut diperiksa. Hasilnya, meskipun setelah tiga hari berlalu, dalam tubuh mencit ditemukan TNF-α yang berkeliaran. Ini lah yang secara langsung berpengaruh pada penurunan kualitas testosteron.
Jika ditarik kesimpulan dari penelitian ini, Dody menyarankan agar seorang memberikan jeda antara pemanasan satu dalam artian olahraga dengan pemanasan lain seperti berendam. Karena secara teori, pajanan panas ini mempengaruhi HSP-70 yang menyebabkan penurunan kualitas testosteron.
Uniknya, dalam penelitian ini juga ditemukan, subjek yang melakukan olahraga, kualitas testosteronnya lebih tinggi dibanding yang tidak mendapatkan perlakuan. Sehingga pesannya, olahraga yang memberikan pemanasan tubuh ini tentu boleh dilakukan. Namun dengan catatan, tidak berlebihan. Harus tetap terukur waktu kemampuan dan intensitasnya.
“Jangan karena senang dihajar saja yang penting olahraga. Benar tubuh fit, tapi jangka panjang reproduksi terganggu kan masa depan suram,” ujarnya.
Baca juga: Elon Musk Resmi Beli Twitter, Apa yang Terjadi Setelahnya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.