TEMPO.CO, Jakarta - Omicron dengan subvarian BA.4 dan BA.5 dinyatakan telah masuk ke Indonesia oleh Kementerian Kesehatan pada hari Jumat, 10 Juni 2022. Sementara orang yang dinyatakan positif dengan subvarian tersebut sebanyak empat orang.
Seiring waktu, ada tambahan empat kasus lagi di Jakarta, menjadi total delapan orang. Pada Senin malam, juru bicara Kemenkes menyatakan ada 12 kasus lagi yang sedang dianalisis, sehingga dalam beberapa hari sudah menjadi 20 dari empat orang awalnya, atau naik lima kali lipat.
Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, meminta kewaspadaan untuk golongan lansia. “Secara umum memang tidak ada bukti ini lebih parah, tetapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi (dan ICU) pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun,” ujar Yoga dalam keterangannya, Selasa, 14 Juni 2022.
Ia juga mengutip data terbaru dari European CDC mengenai varian ini yang pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022. Disebutkan, BA.4 and BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529).
“ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari variants of interest menjadi variants of concern (VOC) pada 12 Mei 2022,” jelas Yoga. Hal ini diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang.
Yoga menyatakan kemungkinan peningkatan varian tersebut di negara kita. Menurutnya, hal itu tergantung dua faktor. Pertama, terkait proteksi imunitas. Proteksi tersebut dilihat dari cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya. Apalagi, untuk nakes yang sudah di booster lebih dari enam bulan yang lalu. Kedua, tentang landscape dari gelombang varian yang lalu.
Ia juga menjelaskan tentang masih dikumpulkan data dari efektifitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada BA.4 dan BA.5. “Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja,” kata Yoga.
Situasi BA.4 dan BA.5 Secara Global
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, menjelaskan kalau dua subvarian Omicron itu terbukti mampu meningkatkan kasus baru Covid-19 di beberapa negara di dunia saat ini. Namun puncak dari kenaikan kasus itu, tingkat hospitalisasi, dan tingkat kematian jauh lebih rendah dibandingkan dari gelombang kasus baru karena subvarian Omicron yang sebelumnya.
Menkes menyebut puncak dari penularan Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini di Afrika Selatan sekitar sepertiga dari puncak Covid-19 varian Delta dan Omicron (BA.1 dan BA.2). "Kasus hospitalisasinya juga sepertiga dari kasus Delta dan Omicron, sedangkan kasus kematiannya sepersepuluh dari Delta dan Omicron," kata dia.
Afrika Selatan masih terhitung yang terbesar untuk proporsi jumlah kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di seluruh dunia. Angkanya 69 persen untuk BA.4 dan 45 persen untuk BA.5 per pertengahan Mei lalu.
Seperti dikutip dari situs Gavi, aliansi vaksin di dunia, kasus Omicron BA.4 juga dideteksi di Austria (7 persen dari kasus global), Inggris Raya (6 persen), Amerika Serikat (5 persen) dan Denmark (3 persen). Untuk Omicron BA.5, kasusnya juga ditemukan di Jerman (22 persen), Portugal (13 persen), Inggris Raya (9 persen) dan AS (3 persen)
Baca:
Langkah Yogyakarta Antisipasi Varian Omicron BA.4 dan BA.5