TEMPO.CO, Jakarta - Rektor IPB University Arif Satria bersama 70 peneliti Indonesia berangkat ke Jerman untuk menghadiri pertemuan sains tahunan (Science Retreat) konsorsium riset CRC990-EFForTS yang didanai oleh German Research Foundation (DFG), organisasi pendanaan penelitian Jerman. Dilansir dari laman resmi IPB pada Rabu, 6 Juli 2022, seluruh biaya perjalanan ditanggung oleh pihak Jerman.
Delegasi konsorsium Indonesia tersebut berasal dari IPB University, Universitas Tadulako (Untad), Universitas Jambi (Unja) Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Perdagangan.
Selain itu juga hadir perwakilan dari pihak swasta PT REKI, PT Humusindo, dan PT SBU. Pertemuan tersebut juga dihadiri Wakil Duta Besar KBRI Berlin, Yul Edison dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nizam, serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan Berlin, Ardi Marwan.
Konsorsium CRC990- EFForTS merupakan kerja sama dua negara antara mitra konsorsium di Indonesia (IPB University, Universitas Jambi dan Universitas Tadulako) dengan Georg – August University of Goettingen (Germany) dalam menyelengarakan riset dasar (basic science). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang dinamika fungsi-fungsi ekologi, sosial ekonomi sistem transformasi hutan.
Output penelitian difokuskan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dasar tentang dinamika ekologi dan sosial ekonomi sistem transformasi penggunaan lahan di dataran rendah di Jambi yaitu hutan, hutan karet, kebun karet dan kebun sawit.
Dalam sambutan pembukaan pertemuan, Rektor IPB Arif menyampaikan perspektif dari pihak Indonesia pasca CRC990-EFForTS pentingnya kolaborasi transdisiplin untuk dijadikan pendekatan utama bagi usulan topik riset baru ke depan yang akan tetap mengambil tema pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.
Baca juga: Calon Robot Bulan Buatan Jerman Diuji di Gunung Api Etna