TEMPO.CO, Jakarta - Kegagalan dunia untuk serius memangkas emisi gas rumah kaca membuat target pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas suhu saat praindustri bak pepesan kosong. Sebuah kajian terkini dari aksi global terhadap perubahan iklim, termasuk komitmen-komitmen di forum COP26 tahun lalu, menyatakan kelembaman sosial, politik dan teknologi berarti target suhu yang dibuat dalam Perjanjian Paris pada COP21 2015 lalu tersebut kelihatannya tidak akan tercapai.
Studi kajian itu dibuat Damon Matthews dan Seth Wynes dari Concordia University, Kanada, dan dipublikasi dalam Jurnal Science edisi 23 Juni 2022. Mereka menyebutkan kalau saat ini saja kenaikan suhu telah mencapai 1,25 derajat. Matthews dan Wynes menyebut tren saat ini bakal mengantar menembus 1,5 derajat kurang dari 10 tahun lagi.
"Ini adalah sebuah seruan untuk aksi dan kejujuran; karena berdasarkan tren saat ini, tidak ada prospek untuk bahkan bertahan tipis di ambang 1,5 derajat Celsius," kata Matthews.
Menurut profesor bidang geografi itu, emisi karbon global harus turun 43 persen pada 2030 untuk memelihara peluang untuk setidaknya mendekati target itu. Tapi yang terjadi, Matthews menambahkan, adalah emisi terus meningkat selama puluhan tahun.
Kajian oleh Matthews dan Wynes mengikuti hasil riset sebelumnya yang menunjukkan kalau peluang saat ini sudah hampir 50-50 untuk batas 1,5 derajat Celsius itu terlampaui dalam lima tahun ke depan. Analisis yang lain menyatakan ada peluang besar pelampauan itu untuk jangka panjang, bahkan untuk situasi yang tidak realistik sekalipun yakni emisi global berhenti semalaman.
Matthews melihat, sementara upaya politis dan perusahaan untuk memangkas emisi tak berhasil mencapai yang dibutuhkan, namun ada tanda-tanda kemajuan. Suhu udara dunia kini dalam tren menghangat antara 2,5 dan 3,0 derajat Celsius di akhir abad ini, bukan 4-5 derajat seperti yang pernah dicemaskan sekitar satu dekade lalu. "Ada pilihan-pilihan, tapi kita belum benar-benar mendorong itu di level yang dibutuhkan," katanya.
Dicontohkan Matthews dan Wynes, pilihan-pilihan itu adalah penetapan hari bebas kendaraan bermotor di kota-kota, revisi batas kecepatan kendaraan di jalan tol dan memangkas bisnis perjalanan udara. Seluruhnya menawarkan cara-cara mereduksi emisi sesegera mungkin.
Mereka berpendapat, cara-cara seperti itu perlu dibarengi perubahan-perubahan besar seperti dekarbonisasi jaringan energi dan perluasan adopsi mobil listrik bersama perubahan perilaku termasuk pola makan.
Keduanya memperkirakan sisa 'anggaran karbon' untuk pemanasan global 1,5 derajat Celsius--jumlah karbon yang masih bisa diemisikan dunia sebelum ambang batas terlampaui--sebesar 360 miliar ton setara karbon dioksida, atau sekitar sembilan tahun emisi tahunan saat ini. "Jika benar-benar serius tentang jendela 1,5 derajat Celsius, kita harus berusaha lebih keras."
NEWSCIENTIST, SCIENCE
Baca juga:
Kebanyakan Teknologi Tangkap Karbon Malah Tambah Emisi Karbon