TEMPO.CO, Singapura - Laporan terbaru GSMA, organisasi global yang menyatukan ekosistem seluler, menunjukkan bahwa saat ini jaringan broadband seluler sudah mencakup sekitar 96 persen dari populasi Asia Pasifik, bukti investasi operator dalam infrastruktur 3G, 4G dan 5G. Namun, hanya 44 persen dari populasi kawasan ini (1,23 miliar pengguna) yang menggunakan layanan internet seluler.
Alasan ketimpangan ini termasuk karena kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan online. Laporan tahun ini menguraikan bagaimana negara-negara mengatasi kesenjangan penggunaan ini.
Laporan terbaru GSMA itu berjudul Mobile Economy Asia Pacific 2022, yang memberikan gambaran terperinci tentang adopsi internet seluler di kawasan ini.
"Mengatasi kesenjangan penggunaan dan memperluas manfaat internet untuk lebih banyak orang di masyarakat itu sangat penting," kata GSMA Head of Asia Pacific, Julian Gorman, dalam keterangannya, 7 Juli 2022.
"Namun, hal ini membutuhkan upaya bersama oleh berbagai pemangku kepentingan yang bekerja bersama operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital, untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang ada saat ini," tambahnya.
Seluler memberikan manfaat ekonomi dan sosial
Teknologi dan layanan seluler terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi Asia Pasifik, menghasilkan 5 persen dari PDB di kawasan ini pada tahun 2021, setara dengan dengan nilai ekonomi sebesar US$ 770. Ekosistem ini mendukung sekitar 8,8 juta pekerjaan pada tahun 2021 dan memberikan kontribusi besar bagi pendanaan sektor publik, dengan sekitar US$ 80 miliar yang telah berhasil dikumpulkan melalui perpajakan.
400 juta koneksi 5G pada tahun 2025
Adopsi 5G akan dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik seiring dengan berkembangnya jejak teknologi. Saat ini jaringan 5G telah tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk di India dan Vietnam, yang akan segera diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang.
Menurut laporan tersebut, pada tahun 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara dengan lebih dari 14 persen dari total koneksi seluler di dunia. Perkembangan 5G yang lebih maju di negara-negara seperti Australia, Jepang, Korea Selatan dan di Singapura diperkirakan akan menyumbang 55persen dari koneksi di negara tersebut pada tahun 2025.
Momentum metaverse di Asia Pasifik
Laporan ini juga mengeksplorasi munculnya metaverse dan menyoroti berbagai kasus penggunaan 5G dan kegiatan terkait lainnya di wilayah Asia Pasifik.
Khususnya, badan-badan pemerintah di kawasan ini telah mulai menguraikan rencana untuk memanfaatkan potensi platform untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan publik. Korea Selatan memiliki rencana untuk membelanjakan US$ 186,7 juta untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya, dan Otoritas Pariwisata Thailand memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan pariwisata di negara tersebut.
Kebijakan untuk inovasi digital
Pembuat kebijakan dan regulator dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi dengan membuat peraturan berwawasan ke depan yang fleksibel untuk mendukung penyebaran dan operasi jaringan seluler. Laporan ini memberikan wawasan tentang area fokus di mana reformasi peraturan akan menghasilkan hasil yang maksimal bagi kawasan ini.
Mobile 360 Asia Pacific di Singapura
Adopsi 5G oleh APAC akan menjadi pusat perhatian pada konferensi GSMA Mobile 360 Asia Pasifik pada 2-3 Agustus 2022 di JW Marriott South Beach Hotel di Singapura. Agenda dua hari ini akan mencakup keynote dan diskusi yang menggugah pikiran tentang bagaimana strategi bangsa digital sangat penting dalam ekonomi global pasca pandemi.