TEMPO.CO, Jakarta - Akun Bjorka menjadi nama sentral dari heboh data 1,3 miliar Kartu SIM telepon Indonesia yang bocor dan dijual seharga 50 ribu dolar AS. Dalam forum Breach, Bjorka menyatakan data tersebut didapat dari proses registrasi SIM Card pengguna ponsel--proses yang diwajibkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Penelusuran yang sudah dilakukan atas sampel dua juta data di antaranya menunjukkan data terdiri dari NIK, nomor telepon, provider, dan waktu registrasi itu otentik dan masih aktif. Total jumlah data disebut 87 GB
Terbaru, Selasa 6 September 2022, muncul lagi tangkapan layar dari Bjorka, tapi bukan tentang pencurian data. Bjorka berkomentar terhadap reaksi pemerintah Indonesia lewat Kementerian Kominfo pascamengetahui pembobolan data tersebut. Dia menulis, "Pesan saya untuk pemerintah Indonesia: Jangan menjadi idiot.”
Bjorka sembari memperlihatkan tangkapan layar berita online Indonesia yang tertulis dalam bahasa Inggris,”Kominfo berpesan kepada hacker: kalau bisa jangan menyerang.”
Pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, yang sempat membedah data dari Bjorka, menyatakan keabsahan pesan yang dikirimkan dari akun resmi Bjorka di breached.to. “Mungkin karena Kominfo memberikan statement yang menurut mereka lucu, peretas jangan meretas. Ibarat sopir, jangan menyetir,” kata Alfons lewat pesan singkat, Rabu, 7 September 2022.
Menurut Alfons, terbuka kemungkinan siapapun berada di balik akun Bjorka, termasuk warga Indonesia. Juga, bisa saja laki-laki atau perempuan. Yang jelas, dia menduga, memiliki kemampuan meretas dan usia diperkirakannya sekitar gen Z.
Untuk kemungkinan motif, Alfons menjawab, "Mencari uang. Karena harga jualnya tidak mahal dan value datanya make sense.”
Dalam rentang kurang dari sebulan, Bjorka sudah dua kali menjadi buah bibir dalam urusan peretasan. Sebelumnya, ia meretas data pengguna Indihome. Vaksincom juga telah melakukan analisis terhadap data itu.
Data pengguna Indihome juga disebarkan di situs breached, dari file dengan nama "metranet_log.csv" yang berukuran 16,79 GB dengan jumlah data sebanyak 26,7 juta baris dan 12 kolom.Data tersebut adalah data history browsing 2018 dan 2019 sebanyak 26.730.797 baris.
Selain mengandung data waktu browsing dan situs yang dikunjungi, mayoritas memiliki data tambahan Jenis Kelamin, Nama Lengkap dan NIK.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.