Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bintang Terang Ini Telah Kehabisan Gas dan Bersisa Intinya

image-gnews
Ilustrasi bintang super raksasa merah yang bertransisi menjadi supernova Tipe II. (Observatorium W. M. Keck/Adam Makarenko)
Ilustrasi bintang super raksasa merah yang bertransisi menjadi supernova Tipe II. (Observatorium W. M. Keck/Adam Makarenko)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu dari bintang-bintang yang bersinar terang di langit malam, Gamma Columbae, kini sesungguhnya hanya bersisa inti bintang yang telanjang. Tetap, Gamma Columbae masih dapat dlihat dengan mata telanjang dari lokasinya di konstelasi Columbae di Galaksi Bima Sakti, sekitar 900 tahun cahaya dari Bumi.

Belum diketahui bagaimana inti-inti kebanyakan bintang berfungsi. Ini karena mereka terhalang atau dihalangi oleh selubung gas. Lapisan atau awan gas inilah yang membangkitkan sejumlah besar energi dan cahaya dari bergabungnya atom-atom hidrogen untuk menciptakan helium, yang dikenal sebagai fusi nuklir. 

Awan gas normalnya terus menyelubungi inti, bahkan setelah inti itu kehabisan bahan bakarnya.

Baru belakangan, Norbert Przybilla dari Universitas Innsbruck di Austria dan rekan-rekannya menggunakan teknik spektroskopi untuk mengamati dan menganalisis unsur-unsur di Gamma Columbae. Mereka menyadari temuan indikasi minimnya karbon namun kaya nitrogen dari pengamatan itu hanya bisa diterima jika apa yang mereka lihat adalah langsung permukaan inti bintang.

"Gamma Columbae memperlihatkan tanda-tanda kimia dari sebuah inti bintang," kata Przybilla sambil menambahkan, tentu saja, reaksi fusi tidak terjadi di permukaan inti itu. "Apa yang kita lihat saat ini pastinya selubung gas di mana fusi nuklir terjadi di masa lalu." 

Mempublikasikan hasil studinya itu dalam jurnal Nature Astronomy pada 31 Oktober 2022, Przybilla dan timnya memperkirakan Gamma Columbae akan berada dalam fase ini sampai 10 ribu tahun ke depan. Periode ini dipandang sangat pendek untuk sebuah bintang yang umurnya bisa sampai jutaan tahun. 

Berdasarkan komposisinya, Gamma Columbae diperkirakan telah mencapai 90 persen dari masa hidupnya yang setidaknya sepuluh juta tahun. "Bintang ini mungkin memiliki kurang dari dua juta tahun kehidupan tersisa sebelum meledak," kata Georges Meynet, profesor di Departemen Astronomi, Fakultas Sains, di University of Geneva, Swiss, juga anggota tim peneliti.

Meskipun sebelumnya telah dilakukan pengukuran berkualitas tinggi terhadap Gamma Columbae, berlimpahnya jejak kimia yang berbeda di sana tidak pernah dianalisis dengan berkecukupan. Przybilla, Meynet, dan Andreas Irrgang dari Friedrich-Alexander University Erlangen-Nuremberg, Bamberg, Jerman, sedang menyusuri basisdata bintang-bintang dan jejak kimianya ketika mereka mendapati unsur-unsur kimia yang tidak biasa dari Gamma Columbae.

Mereka memperhatikan bahwa komposisi kimia permukaan Gamma Columbae sangat berbeda dari bintang-bintang lainnya dengan massa yang sama. “Ini sesuai komposisi yang diharapkan dapat ditemukan di daerah inti bintang yang tiga atau empat kali lebih masif, di mana reaksi nuklir mengubah komposisi materi,” kata Meynet. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Observasi lebih jauh atas Gamma Columbae diharapkannya membuat bisa memahami lebih baik tentang bagaimana bintang-bintang berevolusi begitu mereka mulai kehabisan suplai hidrogen untuk reaksi fusi. Sama halnya bagaimana Gamma Columbae telah terlucuti dari awan gasnya.

Przybilla dkk menduga awan gas itu berasal dari bintang pendamping, meski belum merasa pasti. Mereka mensimulasikan evolusi bintang ini dengan mengasumsikan bahwa awalnya tiga kali lebih besar daripada yang ada saat ini dengan menghapus selubung luarnya. Hasil simulasi sesuai dengan pengamatan, yang menunjukkan bahwa Gamma Columbae berasal dari sistem biner, yang berarti ia dulu mengorbit dengan bintang lain di sekitar pusat gravitasi yang sama. 

“Hipotesis kami adalah bahwa ia menelan temannya," tutur Meynet, "Fenomena itu bisa memicu reaksi signifikan termasuk, khususnya, pengusiran awan gas yang menyelubunginya.”

Gamma Columbae, memiliki massa seukuran lima kali matahari, berlokasi 'hanya' 870 tahun cahaya dari Bumi. Kedekatan itu, menurut Derek Ward-Thompson dari University of Central Lancashire, sejatinya memungkinkan para astronom bisa mengumpulkan lebih banyak informasi dalam beberapa pekan atau bulan ke depan.  

“Ini (Gamma Columbae) relatif dekat dan tak terperhatikan--itu benar-benar mengejutkan," katanya. 

 

ZAHRANI JATI HIDAYAH (NEW SCIENTIST, INDIA EDUCATION DIARY)

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

27 Januari 2024

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)
Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

Pembangunan Observatorium Timau dirintis sejak 2017.


Teleskop James Webb Temukan Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta yang Terlihat

20 Desember 2023

Teleskop James Webb Temukan Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta yang Terlihat

Para astronom meyakini lubang hitam lahir dari runtuhnya bintang-bintang raksasa.


Kisah Sinar Gamma di Luar Galaksi Bima Sakti Ganggu Atmosfer Bumi

15 November 2023

Ledakan terkuat di luar angkasa yang pernah teramati. Semburan sinar gamma GRB221009A tersebut adalah titik merah muda yang ada di pusat atau tengah gambar. Northwestern Univ
Kisah Sinar Gamma di Luar Galaksi Bima Sakti Ganggu Atmosfer Bumi

Semburan sinar gamma di galaksi jauh mengganggu atmosfer bagian atas bumi.


Teleskop NASA Temukan Lubang Hitam Terjauh yang Pernah Terdeteksi

7 November 2023

Tim peneliti NASA berhasil menemukan tanda-tanda lubang hitam yang sedang berkembang hanya 470 juta tahun pascaperistiwa Dentuman Besar (Big Bang). (NASA)
Teleskop NASA Temukan Lubang Hitam Terjauh yang Pernah Terdeteksi

Lubang hitam tersebut berada pada tahap awal pertumbuhan yang belum pernah disaksikan sebelumnya.


Temuan Baru, 7 Planet di Tata Surya Ternyata Dipanggang oleh Bintangnya

7 November 2023

Tata Surya. FOto: Space.com
Temuan Baru, 7 Planet di Tata Surya Ternyata Dipanggang oleh Bintangnya

Astronom menemukan tujuh planet 'digoreng' oleh bintangnya.


Ahli: Matahari Mengembang 1.000 Kali Lipat di Masa Akhirnya dan Melenyapkan Bumi Sekejap

2 November 2023

Dua bintik hitam besar di matahari, yang dikenal sebagai sunspots (bintik matahari), muncul pada bulan Februari 2013, dan masing-masing seluas enam kalli Bumi. Kredit: NASA/SDO/AIA/HMI/Goddard Space Flight Center
Ahli: Matahari Mengembang 1.000 Kali Lipat di Masa Akhirnya dan Melenyapkan Bumi Sekejap

Rho Coronae Borealis adalah bintang katai deret utama berwarna kuning-oranye dengan 96 persen massa Matahari Bumi.


Astronom Deteksi Ledakan Energi Misterius Berusia 8 Miliar Tahun

22 Oktober 2023

Kesan seniman ini, tanpa memperhitungkan skalanya, menggambarkan jalur semburan radio cepat dari galaksi jauh tempat asalnya hingga ke Bumi, di salah satu lengan spiral galaksi Bima Sakti, dalam gambar selebaran yang diperoleh pada 20 Oktober 2023 ini. ESO/M. Kornmesser/Handout melalui REUTERS
Astronom Deteksi Ledakan Energi Misterius Berusia 8 Miliar Tahun

Para astronom mendeteksi ledakan energi misterius berusia 8 miliar tahun.


Mengenal 5 Rasi Bintang di Alam Semesta

11 Oktober 2023

IAU mengamanatkan Indonesia untuk menamai bintang HD 117618 dan planet yang mengitarinya sesuai Henry Draper Catalogue di rasi bintang Centaurus. Kredit: hai-ias.org/nameexoworlds/
Mengenal 5 Rasi Bintang di Alam Semesta

Saat ini rasi bintang yang tercatat di NASA berjumlah 88. Berikut lima rasi bintang di antaranya.


Mengapa Bintang Bersinar?

11 Oktober 2023

Ilustrasi bintang super raksasa merah yang bertransisi menjadi supernova Tipe II. (Observatorium W. M. Keck/Adam Makarenko)
Mengapa Bintang Bersinar?

Bintang adalah salah satu benda langit yang penting dalam susunan kosmik. Lantas, mengapa bintang bersinar?


Ini yang akan Terjadi jika Bumi Tak Berputar

25 September 2023

Ilustrasi asteroid di dekat bumi. spaceflightinsider.com
Ini yang akan Terjadi jika Bumi Tak Berputar

Jika Bumi secara tiba-tiba berhenti berputar, akan memiliki konsekuensi drastis pada iklim, cuaca, waktu, dan kehidupan di planet ini.