TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menganalisis kejadian gempa beruntun dari laut selatan Jawa, Sabtu malam, 12 November 2022. Gempa pertama bermagnitudo 4,9 dan yang kedua 5,1. “Kedua gempa itu berhubungan,” kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono yang dihubungi Sabtu malam.
Dia menjelaskan, gempa pertama disebut sebagai fore shock atau pembuka. Kemudian gempa kedua disebut main shock atau gempa utama. Dari hasil pemantauan BMKG hingga pukul 20.45 WIB, tercatat satu kali gempa lagi yang disebut susulan atau after shock dengan magnitudo 4,1.
Masyakarat, kata Daryono, tidak perlu khawatir dengan kejadian gempa seperti itu. “Memang di situ daerah aktif gempa. Lempeng harus aktif gempa supaya tidak terjadi akumulasi,” ujarnya menambahkan.
Gempa pertama terjadi pada pukul 19:29:33 WIB mengguncang wilayah Kabupaten Garut dan sekitarnya. Bermagnitudo 4,9, sumber gempa berkedalaman dangkal, 16 kilometer, berjarak sekitar 119 kilometer arah barat daya Garut.
Adapun gempa kedua yang bermagnitudo 5,1--berdasarkan pemutakhiran data, berlokasi tak jauh dari sumber gempa pertama. Episenter gempa berada di laut berjarak 60 kilometer arah selatan Caringin, Garut. Kedalaman dangkal juga yaitu 53 kilometer.
“Kedua gempa sama akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam di bawah Lempeng Eurasia,” kata Daryono.
Dampak gempa yaitu guncangan terasa di wilayah Garut dan Tasikmalaya dengan skala intensitas III MMI. Getaran dirasakan nyata di dalam rumah seakan ada truk yang berlalu. Di wilayah Cianjur dan Ciamis dirasakan dengan skala intensitas II MMI atau hanya dirasakan oleh beberapa orang dan membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Berdasarkan hasil pemodelan BMKG, gempa tidak berpotensi tsunami.
Baca juga:
Menteri Siti Nurbaya dan Presiden Jokowi Dipuji Soal Pengurangan Deforestasi, Apa Kata Walhi?