Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pernah Tinggal Kelas hingga Jadi Pelayan, Ini Kisah Satria Menjadi Dosen Berprestasi

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Satria Unggul Wicaksana, dosen sekaligus Direktur Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi Universitas Muhammadiyah Surabaya memiliki perjalanan hidup yang getir. Dia tak pernah menyangka hingga berada di posisi saat ini yakni Wakil Dekan UM Surabaya.

Satria berasal dari keluarga tak mampu. Orang tua Satria bekerja sebagai penjual rombeng baju bekas di desa-desa. Baju rombeng itu dijual ke kawasan  rumahnya Gresik, Lamongan hingga Babat. Satria menyebut jualan rombeng kedua orangtunya hanya menghasilkan Rp 5 ribu- Rp 25 ribu per hari. Pendapatan itu untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga. 

Saat menjadi siswa SMP Negeri 26 Surabaya, Satria pernah tidak naik kelas 3. Hal tersebut lantaran ia tak bisa membeli buku-buku sekolah dan gurunya tidak memberinya nilai. Dia sempat menjadi korban bullying oleh teman-temannya karena tinggal kelas. Karena hal itu, dia pernah mengurung diri di kamar selama dua hari.

Baca juga:Kisah Anak Buruh Serabutan yang Kini Jadi Dosen dengan Berbagai Prestasi

“Jadi saat saya tidak naik kelas, saya sempat frustasi dan mengurung di kamar 2 hari. Waktu itu banyak sekali yang ngebully. Bahkan sempat saya mau pindah ke Bali karena ada keluarga Ibu disana,”kata Satria dilansir dari laman resmi UM Surabaya pada Rabu, 28 Desember 2022.

Dari Dibully dan Bangkit Kembali

Setelah mengurung diri di kamar, ia kembali berpikir untuk segera bangkit. Meski tidak naik kelas, ia mencoba menjadi siswa yang lebih aktif, mengikuti berbagai olimpiade dan aktif organisasi. Bahkan di tahun selanjutnya saat naik kelas 3, ia dipilih menjadi wakil ketua kelas.

Keaktifan di sekolah itu berlanjut hingga Satria Sekolah di SMA Muhammadiyah 8 Surabaya. Di sekolah tersebut Satria bertemu guru bernama Yusuf Ismail yang mengenalkannya dengan Muhammadiyah, organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), belajar mengaji dan agama.

“Waktu itu pengetahuan saya tentang agama sangat kurang, ibu muallaf dan kedua orang tua setiap hari kerja, jadi jarang ada waktu untuk ngobrol. Bersyukur bertemu Pak Yusuf Ismail beliau mengajari saya banyak hal tentang agama termasuk sering ngabsen sholat saya,” katanya.

Pernah Menjadi Pelayan dan Juru Ketik

Meski sekolah SMA nya gratis, Satria memilih sekolah sembari bekerja sebagai pelayan di daerah Pakuwon. Hal tersebut ia lakukan agar tidak meminta uang kepada orang tuanya dan untuk makan. “Jadi saya sekolahnya pagi, pukul 2 sore sampai 11 malam saya jadi waiters gajinya Rp 40 ribu per hari, konsekuensinya saat sekolah saya sering ngantuk kadang juga tidur, tapi saya tetap imbangi dengan belajar agar nilai-nilai saya tidak turun,” kata Satria.

Aktivitas menjadi pelayan Satria lakoni sampai menjadi mahasiswa Ilmu Hukum di UM Surabaya hingga semester 3. Kegigihannya dalam bersekolah mengantarkan Satria mendapatkan beasiswa dari Sudarusman, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 10 Surabaya. Sudarusman bersedia membiayai kuliahnya hingga lulus. Karena dibiayai ia tidak ingin mengecewakan sehingga ia terus rajin belajar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat menjadi mahasiswa hidupnya tidak langsung mudah, ia harus tetap mencari uang agar bisa bertahan hidup di Surabaya. Selama di Surabaya Satria tidak memiliki kost-kostan, ia tinggal di ruangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Menurutnya, pernah satu bulan penuh tidak memiliki uang dan menumpang makan bersama temannya. 

“Bersyukur ada yang mengasihani dan mengajak saya makan setiap harinya, setelah itu saya berpikir untuk menyambung hidup dengan bekerja sebagai wartawan kampus, membantu riset dosen sampai jadi juru ketik, berkat jadi juru ketik itulah saya diberi laptop oleh dosen,” kata Satria.

Dari tulisanlah keberuntungannya dimulai. Sejak saat itu ia giat menulis karya tulis ilmiah, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), bahkan Satria pernah lolos hingga PIMNAS. “Beruntungnya dari semester 3 nulis PKM lolos terus dan didanai, jadi waktu itu saya niat nulis bukan karena prestasi, tapi nulis untuk bertahan hidup,”imbuh Satria lagi.

Dinobatkan Jadi Dosen Terimplementatif

Tidak hanya mahir dalam tulis menulis, saat menjadi mahasiswa Satria pernah menjabat sebagai Presiden Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM Surabaya dan menjadi wisdawan terbaik dengan lulus 3,5 tahun pada 2015.

Setelah lulus Satria diangkat menjadi asisten dosen di Fakultas Hukum dan mendapatkan beasiswa dari UM Surabaya untuk melanjutkan studi di Universitas Airlangga (Unair) dengan jurusan hukum konsentrasi Hukum Internasional (HI).

Saat menjadi Dosen di UM Surabaya Satria tidak pernah berhenti untuk terus berkontribusi, pada 2021 ia dinobatkan sebagai Dosen terimiplementatif di acara workshop hasil luaran bantuan dana inovasi pembelajaran dan teknologi asistif bagi mahasiswa berkebutuhan khusus yang diselenggarakan Kemendikbudristek.

“Saya memiliki prinsip bahwa pendidikan adalah cara terbaik memutus mata rantai kemiskinan dan keterbelakangan,”pungkasnya.

Baca juga:ITB Luncurkan Aplikasi Desanesha: dari ITB untuk Desa di Indonesia

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

11 jam lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

Untan membentuk tim investigasi untuk kasus tersebut.


Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

11 jam lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

Dekan FISIP Untan meminta sivitas akademika agar tak mengumbar info soal dosen yang diduga jadi joki nilai.


Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

17 jam lalu

Ilustrasi mahasiswa. Freepik.com
Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

MIrip dengan keluhan peserta Ferienjob di Jerman, sejumlah mahasiswa magang kerja di Hungaria menyebut proram ini bukan magang melainkan TKI.


Mau Kuliah di Fakultas Hukum, Apa yang Sebaiknya Disiapkan?

1 hari lalu

Aldilla Stephanie Suwana, penerima beasiswa Fulbright di Harvard Law School. Dok.Pribadi
Mau Kuliah di Fakultas Hukum, Apa yang Sebaiknya Disiapkan?

Berminat menjadi sarjana hukum, tentu saja harus kuliah di fakultas hukum. Berikut yang perlu disiapkan calon mahasiswa hukum.


KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

2 hari lalu

Ketua KPU Hasyim Asyari (tengah) didampingi anggota KPU (kiri ke kanan) Mochammad Afifuddin, Parsadaan Harahap, Betty Epsilon Idroos dan August Mellaz memimpin rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tingkat nasional Pemilu 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Sabtu 16 Maret 2024. Pada hari ke-18 rapat pleno rekapitulasi tingkat nasional Pemilu 2024, KPU telah mengesahkan perolehan suara nasional pada 32 provinsi. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

KPU menilai Depok memiliki banyak kampus besar sehingga diharapkan mereka terlibat sebagai penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada 2024.


Dosen ITPLN Diduga Plagiat Artikel Ilmiah Milik Dosen di Cambridge, Kampus Lakukan Investigasi

2 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Dosen ITPLN Diduga Plagiat Artikel Ilmiah Milik Dosen di Cambridge, Kampus Lakukan Investigasi

Selain investigasi terhadap dosen dan mahasiswa, ITPLN juga membentuk komite agar kasus serupa tak terjadi di kemudian hari.


Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

2 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

Mahasiswa Unas sebetulnya tidak diwajibkan untuk membuat jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Publikasi Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen, Prakiraan Cuaca BMKG, Gempa Laut Selatan

3 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Publikasi Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen, Prakiraan Cuaca BMKG, Gempa Laut Selatan

Topik tentang dosen mendapat skor angka kredit untuk publikasi ilmiah dalam jurnal nasional menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

3 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.


Untan Sampaikan Hasil Investigasi Kasus Dosen Joki Nilai Selasa, 23 April

4 hari lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Untan Sampaikan Hasil Investigasi Kasus Dosen Joki Nilai Selasa, 23 April

Apa hasil investigasi dosen Untan yang diduga menjadi joki nilai?