TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Program Akuisisi Pengetahuan Lokal (APL) untuk tahun keempat. Program yang pertama kali digelar pada 2020 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini mendokumentasikan dan menyebarluaskan berbagai konten pengetahuan lokal sebagai sumber literasi riset dan inovasi bagi publik.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, program ini diharapkan turut memastikan bahwa seluruh kekayaan pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal di seluruh penjuru tanah air dapat terjaga dan terkonservasi secara tepat, akurat, dan berkelanjutan untuk diturunkan ke generasi berikutnya dalam bentuk dokumentasi yang kredibel dan inovatif.
“Untuk menyokong dan mendukung upaya tersebut, BRIN akan membeli lepas.” kata Handoko secara daring, Rabu, 1 Februari 2023. Ia berharap program ini mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat sepanjang tahun ini.
“Kalau sambutannya luar biasa, kami akan mengusulkan kepada Bappenas dan Kementerian Keuangan untuk bisa dilakukan penambahan untuk tahun-tahun berikutnya, sehingga kami akan mampu mengakuisisi jauh lebih banyak lagi karya-karya yang berbasis pada kearifan lokal yang ada di negara kita.”
Program Akuisisi Pengetahuan Lokal
Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono menjelaskan, BRIN akan membuka beberapa skema sebagai upaya kolaborasi, yaitu Call for Content Creator dan Bengkel Karya Audiovisual; Call for Book Chapter; dan Call for Book Paper dengan tema-tema seperti kesehatan, pangan dan energi, sosial dan humaniora, serta sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
Dalam pelaksanaannya, lanjut Agus, program ini melibatkan peran aktif seluruh masyarakat, baik peneliti, dosen, mahasiswa, pelajar, maupun komunitas dan para pegiat literasi dan kebudayaan yang notabene sebagai kreator ataupun penulis.
“Konkretnya, BRIN berupaya menjaring berbagai konten yang memuat pengetahuan lokal untuk dapat diterbitkan dan didiseminasikan secara akses terbuka dan gratis melalui kanal publik yang dikelola BRIN,” terang Agus.
Melalui upaya ini, diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan berbagai konten pengetahuan lokal yang kredibel dan inovatif, khususnya terkait dengan pengetahuan lokal dan hasil-hasil riset.
Ayom Widipanminto, Direktur Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah Kedeputian Bidang Fasilitas Riset dan Inovasi BRIN mengatakan pengusul program ini terdiri atas akademisi, mahasiswa, pelajar, kreator, komunitas, penggiat kemasyarakatan dan masyarakat umum.
Jenis buku dapat berupa buku ilmiah monografi, bunga rampai, buku ilmiah populer, buku ajar, buku pedoman, buku cerita bergambar atau komik pengetahuan. Sedangkan untuk audio visual berupa film dokumenter, film animasi, film fiksi dan dokumentasi kreatif inovatif.
Nilai intensif kategori buku ilmiah (Rp 10-20 juta), buku ilmiah populer (Rp 9-18 juta), buku ajar (Rp 8-16 juta), buku pedoman (Rp 7-14 juta) dan buku cerita bergambar (Rp 6-12 juta). Sedangkan film dokumenter (Rp 10-20 juta), film animasi (Rp 7,5-15 juta) dan film fiksi (Rp 5-10 juta). Adanya kisaran harga dilihat dari grade, skor dan level.
Penerima intensif program APL periode 1 sebagai 55 karya yang terbagi 16 buku dan 39 audio visual dengan realisasi Rp 659,9 juta. Pada periode 2 dengan jumlah 56 karya terbagi 23 buku dan 33 audio visual dengan realisasi Rp 731,5 juta. Sedangkan periode 3 dengan jumlah 143 karya yang terbagi 14 buku dan 128 audio visual dengan realisasi Rp 1,9004 miliar.
Pada tahun 2022, dari 529 judul karya yang diakuisisi, hanya 253 judul yang mendapatkan intensif, terdiri atas 200 judul karya audiovisual dan 53 judul buku.
Baca:
Komet Hijau Terang Melesat Terdekat dari Bumi Hari Ini, Jam Berapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.