Namun, beberapa pakar neurologi perilaku dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat, dan University de Saint-Etienne, Prancis, menemukan hal yang berbeda. Sesungguhnya setiap hyena mengeluarkan suara berbeda yang mengungkap informasi tentang usia dan statusnya dalam kelompok tersebut.
Dalam studinya, Nicolas Mathevon dan koleganya mengembangkan sebuah cara untuk mengidentifikasi seekor hyena dengan memilih fitur spesifik dari tawanya yang terkekeh-kekeh. Temuan itu akan disampaikan pada Acoustical Society of America Meeting ke-157, 18-22 Mei, di Portland, Oregon.
Hyena tidak tertawa ketika mereka sedang bersenang-senang. Sebaliknya, ahli biologi lapangan mencatat bahwa binatang itu mengeluarkan suara mirip tawa cekikikan ketika bersaing memperebutkan makanan. Tawanya adalah tanda frustrasi, suara yang dibuat oleh binatang subordinate yang didominasi oleh salah satu anggota kelompoknya yang lebih kuat.
Untuk mengetahui arti tawa cekikikan tersebut, Mathevon menganalisis suara 17 ekor hyena tutul yang dipelihara dalam penangkaran. Mereka mengembangkan sebuah algoritma yang dapat mengidentifikasi seekor hyena tertentu dalam kelompok itu dalam waktu setengah jam.
Metode itu dilakukan dengan memperhatikan warna suara dan kualitas sebuah nada tunggal dalam tawa tersebut. "Ini seperti membedakan penyanyi dengan meminta mereka menyanyikan satu nada dan mendengarkan kualitas nada tersebut," kata Mathevon.
Analisis mereka juga memperlihatkan bahwa tinggi titi nada tawa hyena menurun sesuai dengan usia. Suara tawa binatang dominan juga cenderung kurang bervariasi. Kini para ilmuwan dari dua universitas itu akan merekam dan memainkan berbagai jenis tawa terhadap hyena dan menguji bagaimana reaksi dan respons binatang tersebut.
l SCIENCEDAILY | American Institute of Physics