TEMPO.CO, Jakarta - Hari Raya Idul Adha, yang oleh sebagian orang juga disebut sebagai Hari Raya Haji, tahun ini jatuh pada pada Kamis, 29 Juni 2023. Muhammadiyah, salah satu ormas Islam besar di Indonesia, telah menjalankan salat Idul Adha atau hari raya kurban ini pada kemarin, Rabu 28 Juni 2023.
Idul Adha juga diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban oleh mereka yang mampu. Sayangnya niat baik ini kurang disertai dengan pengetahuan cara pembagian yang benar dan menimbulkan dampak berkelanjutan.
Webinar dengan tema “Gerakan Upaya Pengurangan Sampah Plastik di Momentum Idul Adha” secara daring pada Selasa, 27 Juni 2023 berusaha melakukan edukasi dalam mengurangi sampah plastik sekali pakai pada saat Idul Adha. Webinar ini merupakan salah satu bentuk gerakan kampanye kurban asyik tanpa sampah plastik.
Seorang pembicara, Kasubdit Tatalaksana Produsen Ditjen PSLB3 Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ujang Solihin Sidik mengatakan KLHK telah menerbitkan Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2023 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah Plastik. “Masyarakat diharapkan membawa wadah ramah lingkungan pada saat pengambilan daging kurban,” kata Ujang.
Imbauan ini ditujukan kepada setiap kepala daerah di Indonesia, yang juga mengajak dan mendorong untuk menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah seperti tempat sampah terpilah. Surat edaran ini juga memuat aturan perihal alat pengumpul sampah terpilah di lokasi pelaksanaan salat Idul Adha dan pembagian daging kurban.
Selain itu, juga diharapkan adanya penyediaan satuan tugas khusus di lapangan yang menangani sampah sekaligus sebagai tenaga kampanye dan edukasi kepada masyarakat dalam pengurangan sampah plastik sekali pakai. Menurut Ujang, langkah ini merupakan salah satu upaya implementasi program pengurangan dan penanganan sampah melalui keterlibatan masyarakat yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pembicara lain, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengemukakan upaya pengurangan dan pengelolaan sampah plastik penting menjadi tanggung jawab bersama. Tak hanya pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat saja, pihak swasta dan masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam upaya ini. “Salah satu upaya pengurangan dan pengelolaan sampah plastik yaitu dengan model ekonomi sirkular,” kata dia.
Ia mengatakan ekonomi sirkular merupakan sebuah konsep bagaimana sebuah produk yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin mencemari bumi, serta masyarakat mendapatkan manfaat yang lebih besar melalui peningkatan nilai-nilai ekonomi. Oleh karena itu, kata dia, penting memegang pola pikir setidaknya 3 prinsip utama, yaitu reduce, reuse, recycle.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia, Gusman Yahya menyatakan kurban asyik tanpa sampah plastik selaras dengan peran strategis PFI sebagai katalis kolaborasi dan ko-kreasi.
Menurut dia, aksi kolektif kurban asyik tanpa plastik mendukung akselerasi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG's) dan agenda perubahan iklim. “Dengan bergotong royong dapat memberikan dampak berkelanjutan guna menjaga lingkungan kita untuk generasi mendatang,” kata Gusman.
Baca juga: 6 Ide Masakan Daging Kurban Selain Sate
Data UNEP
Secara global, United Nations Environment Programme (UNEP) memperkirakan pada 2040 akan ada 29 juta ton plastik masuk ke ekosistem perairan dunia, termasuk laut. Sampah plastik ini sebagian besar berasal dari sumber polusi darat yang tidak terkelola dengan baik. Prediksi ini dibuat dengan asumsi tidak ada upaya lain dari apa yang terjadi saat ini.
Pada tingkat nasional, berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah pada 2022. Sekitar 18,5 persen di antaranya berupa sampah plastik. Hal ini disebabkan oleh pergeseran pola hidup dan pola konsumsi masyarakat dalam menggunakan plastik sekali pakai termasuk saat Idul Adha.
Sampah plastik mampu mencemari laut. Selain banyaknya kasus biota laut yang mati akibat mengonsumsi plastik, plastik juga dapat mengganggu rantai makanan yang ada di laut. Hal ini terbukti pada 2018, plastik ditemukan dalam tubuh banyak organisme, mulai dari bangkai penyu, paus sperma, bayi anjing laut, lobster, hingga paus biru yang menurut pengamat telah mengkonsumsi sekitar 43 kilogram mikroplastik per hari. Banyak pula biota laut lain dengan organ dalam yang sudah banyak tercemar oleh sampah plastik.
Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kepunahan biota laut yang akan berujung pada penurunan populasi biodiversitas laut. Padahal, biodiversitas tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Selain webinar nasional, kampanye Kurban Asik Tanpa Sampah Plastik ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain lomba foto dan video di Instagram, materi/konten edukasi, stiker dan filter di Instagram, aksi pengurangan sampah plastik di masjid-masjid serta masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh Dompet Dhuafa.
Webinar ini juga dihadiri narasumber yang memiliki pengalaman pada bidang pengurangan dan pengelolaan sampah plastik. Mereka di antaranya adalah Deputy Director Gerakan IDKP, Rahyang Nusantara; Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia, Maya Felicia Tamimi; Pengurus Kolaborasi Masjid Pemberdaya, Chairul Saleh; dan, Koordinator Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP ‘Aisyiyah, Surria Dwiwahyu.
Pilihan Editor: Idul Adha 1444 Hijriah: Ini Kurban Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.