Inggris, Jepang, Cina, dan sejumlah negara lain meminta WHO menangani masalah ini secara hati-hati sebelum menaikkan tingkat kesiagaan pandemi. Mereka khawatir tindakan WHO yang menyatakan pandemi flu babi bisa memicu kepanikan massal dan mengguncang perekonomian dunia. Beberapa di antara negara-negara tersebut berkeberatan atas tingginya biaya dan konsekuensi risiko yang mungkin timbul, semisal peralihan dari produksi vaksin flu musiman ke vaksin flu babi, meski hingga saat ini virus itu tampaknya tak terlalu ganas.
Meski belum melakukan perubahan resmi, Senin lalu WHO berjanji akan mendengarkan permintaan negara anggotanya. "Tentunya hal itu adalah sesuatu yang akan kami perhatikan dengan saksama," kata Dr Keiji Fukuda, Kepala Bidang Flu WHO.
Saat ini, flu babi telah memasuki fase 5, yang berarti H1N1 telah menyebar tanpa terdeteksi di sedikitnya dua negara dalam satu wilayah. Menurut peraturan yang ada sekarang, fase 6 mengindikasikan wabah dalam dua wilayah berbeda dan pandemi mulai terjadi.
Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan memperingatkan bahwa flu babi dapat mengancam jiwa manusia meski tingkat fatalitasnya rendah, yaitu 76 kematian dari 8.829 kasus positif flu babi di 40 negara. Jumlah itu belum termasuk Yunani, yang melaporkan kasus positif flu babi pertama di negaranya pada Senin lalu. "Virus ini mungkin telah memberi kita sebuah periode penundaan, tapi kami tidak tahu berapa lama periode penundaan ini akan bertahan," kata Chan. "Tak satu pun orang bisa bilang ini adalah masa tenang sebelum badai."
Kecemasan itu dipicu oleh lonjakan kasus positif flu babi di Jepang, dari empat kasus menjadi lebih dari 170 kasus pada akhir pekan lalu. Sebagian besar penderita flu babi adalah para remaja yang belum pernah bepergian ke luar negeri. Spanyol dan Inggris adalah negara Eropa yang memiliki jumlah tertinggi kasus positif flu babi, yaitu 103 dan 101 kasus.
Pengumuman pandemi diperkirakan akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang amat parah. Pengumuman itu akan memicu meningkatnya harga dan larangan bepergian, seperti penutupan perbatasan, pemindaian di bandara, dan karantina.
TJANDRA DEWI | AP