Menjadi lebih mandiri, Sarjiya memacu pengembangan karirnya. Pendidikan doktornya diselesaikan di Program Studi Rekayasa Kelistrikan, Chulalongkorn University, Thailand. Terkini, pada 1 Februari lalu, Sarjiya dikukuhkan UGM sebagai Guru Besar. Sarjiya kini mengajar untuk jenjang S1, S2, dan S3 di UGM.
Balas Budi Sarjiya
Sebagai tanggungjawab moral dan balas budi, Sarjiya kini menanggung biaya pendidikan dari anak anak dari kakak dan adiknya agar bisa mencapai jenjang sarjana. Anak Suparsih, misalnya, kini yang paling besar sudah berkuliah dan satu lagi masih menempuh pendidikan SMK.
"Insya Allah, untuk anak anak dari kakak dan adik saya yang masih sekolah saya yang membantu biayanya saat ini," kata dia.
Sarjiya mengakui, tanpa pengorbanan orang tua, kakak dan adik, ia tak akan bisa mencapai jenjang tertinggi pendidikan saat itu. Dan, menurut dia, masih banyak masyarakat yang mengalami kondisi seperti diri dan keluarganya, "Ekonomi orang tua tidak mampu, sehingga sulit menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi."
Ia pun menuturkan, agar generasi muda yang mengalami kondisi ekonomi sulit tidak mudah menyerah dan sampai putus sekolah. "Pendidikan menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas hidup, taraf hidup, saya berharap pemerintah juga memperhatikan ini," kata Sarjiya.
Pengukuhan Guru Besar
Sarjiya adalah dosen di Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi sekaligus Kepala Pusat Studi Energi UGM. Dia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Operasi dan Perencanaan Sistem Tenaga di ruang Balai Senat UGM, Kamis 1 Februari 2024.
Orasi ilmiahnya berjudul Integrsi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan. Di dalamnya, Sarjiya menjelaskan, untuk menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan pemanfataan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.
Pilihan Editor: Kisah Getir Mahasiswa UNY yang Berjuang Bayar Uang Kuliah hingga Akhirnya Tutup Usia